Burma hari Senin mengumumkan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tidak diijinkan membuka kantor cabang di negara itu, atau mencabut kesepakatan yang dicapai dengan OKI bulan lalu.
Demonstrasi berminggu-minggu oleh para biksu Buddha dan warga yang marah membuat pemerintah Burma mengubah arah, berpotensi berdampak pada hubungan yang memang sudah tegang dengan warga Muslim di kawasan itu.
Pemerintah Burma hari Senin mengumumkan Organisasi Kerjasama Islam (OIC) atau OKI – sebuah organisasi multi-nasional Islam – tidak akan diijinkan membuka kantor cabang di negara itu.
Zaw Htay dari kantor kepresidenan menjelaskan keputusan itu kepada VOA siaran bahasa Burma. Ia mengatakan kabar bahwa pembukaan kantor cabang OKI telah menyebar di kalangan warga Burma. Tetapi, katanya, sesuai kehendak rakyat maka presiden tidak akan mengijinkan dibukanya kantor cabang OKI di Burma.
Bulan lalu, OKI menandatangani kesepakatan dengan menteri urusan perbatasan Burma untuk membuka kantor cabang di kota utama Rangoon dan di Sittwe, negara bagian Rakhine.
Negara bagian Rakhine menjadi lokasi meningkatnya ketegangan antara umat Muslim Rohingya dan umat Buddha yang mayoritas. Aksi kekerasan bulan Juni menewaskan sekitar 90 orang, menyebabkan banyak warga Rohingya melarikan diri ke tetangga Burma, Bangladesh.
Pemerintah Burma hari Senin mengumumkan Organisasi Kerjasama Islam (OIC) atau OKI – sebuah organisasi multi-nasional Islam – tidak akan diijinkan membuka kantor cabang di negara itu.
Zaw Htay dari kantor kepresidenan menjelaskan keputusan itu kepada VOA siaran bahasa Burma. Ia mengatakan kabar bahwa pembukaan kantor cabang OKI telah menyebar di kalangan warga Burma. Tetapi, katanya, sesuai kehendak rakyat maka presiden tidak akan mengijinkan dibukanya kantor cabang OKI di Burma.
Bulan lalu, OKI menandatangani kesepakatan dengan menteri urusan perbatasan Burma untuk membuka kantor cabang di kota utama Rangoon dan di Sittwe, negara bagian Rakhine.
Negara bagian Rakhine menjadi lokasi meningkatnya ketegangan antara umat Muslim Rohingya dan umat Buddha yang mayoritas. Aksi kekerasan bulan Juni menewaskan sekitar 90 orang, menyebabkan banyak warga Rohingya melarikan diri ke tetangga Burma, Bangladesh.