Para pejabat Gedung Putih mengatakan mereka “bingung” dan “kecewa” karena pemimpin Israel membatalkan kunjungan delegasi yang dimaksudkan untuk membahas kekhawatiran AS atas rencana Israel untuk menyerang kota Rafah di Gaza selatan.
Namun mereka mengatakan, Senin (25/3), bahwa mereka akan menggunakan tiga pertemuan tingkat tinggi dengan menteri pertahanan Israel, termasuk pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada hari Selasa, untuk menekankan tuntutan mereka.
“Kami agak bingung dengan hal ini,” kata Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, yang mengakui bahwa alasan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menarik kembali delegasinya secara tiba-tiba itu disebabkan oleh keberatannya terhadap keputusan AS untuk abstain dalam pemungutan suara di PBB pada hari Senin yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
“Mengingat perubahan posisi Amerika, Perdana Menteri Netanyahu memutuskan delegasi tidak akan pergi,” kata kantornya dalam sebuah pernyataan.
AS, dengan alasan dukungannya terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri, sebelumnya telah menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk memblokir seruan gencatan senjata serupa sejak dimulainya konflik lebih dari lima bulan lalu.
“Sikap kami yang abstain tidak – saya ulangi – tidak mewakili perubahan dalam kebijakan kami,” kata Kirby. “Kami sudah sangat jelas. Kami sangat konsisten dalam mendukung gencatan senjata sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan sandera. Begitulah struktur kesepakatan mengenai pembebasan sandera, dan resolusi tersebut mengakui perundingan yang sedang berlangsung.”
Namun dia juga mencatat bahwa pemungutan suara di PBB adalah “resolusi yang tidak mengikat.” Hal itu, katanya, berarti “tidak ada dampak sama sekali terhadap Israel dan kemampuan Israel untuk terus menyerang Hamas.”
Sementara itu, saat Kirby berbicara pada Senin sore, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bertemu dengan Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Presiden Joe Biden di Gedung Putih.
“Kami melakukan diskusi konstruktif tentang cara terbaik untuk memastikan kekalahan abadi Hamas di Gaza,” kata Sullivan di X. “Saya menyampaikan dukungan kuat Presiden Biden terhadap keamanan dan pertahanan Israel terhadap semua ancaman, termasuk Iran. Saya menyambut baik komitmen Yoav untuk mengambil berbagai langkah tambahan guna mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza.”
Pada Senin sore, Gallant juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, yang menyatakan dukungan AS untuk memastikan kekalahan Hamas tetapi menegaskan kembali penolakannya terhadap operasi darat di Rafah yang dapat membahayakan warga sipil Palestina yang berlindung di sana.
“Menteri menggarisbawahi bahwa ada alternatif selain invasi darat besar-besaran yang akan lebih menjamin keamanan Israel dan melindungi warga sipil Palestina,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam sebuah pernyataan. “Menteri Blinken juga membahas perlunya segera meningkatkan dan mempertahankan bantuan kemanusiaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan warga sipil di Gaza.”
Menjelang rencana pertemuan Gallant dengan Austin pada Selasa, juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder juga mengatakan invasi Rafah akan menjadi sebuah “kesalahan.”
Austin, katanya, “secara mendasar masih percaya pada hak yang melekat pada Israel untuk membela diri dan bahwa kami akan terus mendukung mereka dalam hal tersebut dan bahwa dukungan tersebut sangat kokoh.”
Dia menambahkan: “Ada cara untuk mengatasi ancaman Hamas sambil juga mempertimbangkan keselamatan warga sipil.” [lt/ab]