China Desak AS dan Korut Berhenti Saling Ancam

Menlu AS, Rex Tillerson, menjawab pertanyaan tentang Korea Utara setelah berbicara mengenai laporan Kebebasan Beragama Internasional rilis tahun 2016 di Departemen Luar Negeri AS di Washington (foto: AP Photo/Susan Walsh)

China mendesak AS dan Korea Utara untuk menghentikan sikap saling ancam dan berusaha mencari solusi damai terkait ketegangan yang dipicu uji misil Pyongyang baru-baru ini dan ancamannya untuk ditembakkan ke arah Guam.

Pertikaian itu juga membangkitkan kecemasan di Korea Selatan, di mana sebuah partai politik konservatif, Rabu, menyerukan, agar AS menempatkan kembali senjata nuklir taktisnya di Semenanjung Korea.

Menurut situs kementerian luar negeri China, dalam pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, kedua negara perlu bekerjasama untuk meredakan ketegangan dan tidak membiarkan pihak manapun melakukan sesuatu yang dapat memicu insiden baru.

Kementerian Laur Negeri China mengutip Lavrov yang mengatakan ketegangan antara AS dan Korea Utara dapat meningkat jika AS dan Korea Selatan bersikukuh untuk menggelar latihan militer bersama skala besar 21 Agustus mendatang.

Lavrov mengatakan, “Menyelesaikan isu nuklir Korea Utara dengan kekuatan militer tidak bisa diterima, dan isu itu seharusnya diselesaikan secara damai melalui metoda-metoda politik dan diplomasi.”

China adalah mitra ekonomi dan pendukung politik Utama Korea Utara. Meski hubungan antara kedua negara akhir-akhir ini memburuk setelah Pyongyang terus mengabaikan seruan Beijing untuk menahan diri, China mengambil sikap yang menguntungkan Korea Utara. China bergabung dengan Rusia yang menyerukan agar AS menghentikan latihan militer tahunan dengan Korea Selatan dengan imbalan Korea Utara menghentikan uji misil dan nuklirnya. [ab/uh]