Seorang pejabat China mengatakan, menganugerahkan Nobel Perdamaian terhadap pembangkang Liu Xiaobo pada 2010 merupakan tindakan penistaan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, Jumat, mengatakan, memberikan penghargaan terhadap orang seperti Liu bertentangan dengan tujuan penghargaaan Nobel. “Ini merupakan penistaan terhadap penghargaan perdamaian,” kata Geng.
Liu, yang dikenal sebagai pejuang HAM China, meninggal Kamis (13/7) pada usia 61 tahun, akibat kanker hati. Kematiannya mengundang kontroversi seperti halnya perjuangan hidupnya.
Peraih Nobel Perdamaian yang selama delapan tahun terakhir hidup di penjara meninggal di sebuah rumah sakit di Shenyang, China. Ia dipindahkan dari penjara ke rumah sakit itu pada saat penyakit yang dideritanya sudah mencapai stadium lanjut. Biro hukum di Shenyang mengumumkan penyebab kematiannya adalah kegagalan beberapa fungsi organ.
"China telah kehilangan seorang teladan yang berhak mendapat penghormatan dan penghargaan, bukan hukuman penjara seperti yang diterimanya,“ kata Dubes AS untuk China Terry Branstad.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan melalui email, ketua komisi Nobel Norwegia, Berit Reiss-Anderssen, mengatakan, pemerintah China bertanggungjawab atas kematian Liu. “Sangat mengecewakan bahwa Liu Xiaobo tidak dipindahkan ke fasilitas yang memungkinkannya mendapat perawatan medis yang memadai sebelum ia menderita sakit parah,” kata Reiss-Anderssen.
Menyusul kecaman atas penanganan China terhadap Liu, Beijing mengajukan keluhann resmi terhadap Jerman, Perancis, AS dan Komisaris Tinggi HAM PBBB. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng mengatakan, sejumlah negara telah mencampuri kedaulatan hukum China.
Lebih lanjut Geng menyatakan, penanganan kasus Liu adalah urusan dalam negeri China dan negara-neagra asing tidak berhak mengeluarkan pernyataan yang tidak pantas. [ab/uh]