Clinton Ingatkan Bahaya 'Berita Palsu'

Mantan menteri luar negeri AS Hillary Clinton berbicara dalam upacara pemasangan potret Senator Harry Reid di Gedung Kongres, Washington (8/12). (AP/Evan Vucci)

Dia merujuk pada apa yang disebut insiden "Pizzagate" di Washington, DC, akhir pekan ini, yang berakhir menakutkan.

Mantan calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, hari Kamis (8/12) memperingatkan bahaya proliferasi atau penyebaran berita palsu, setelah berita-berita mengenai konspirasi palsu yang melibatkan kampanyenya memicu terjadinya kekerasan baru-baru ini.

"Sekarang jelas bahwa berita palsu bisa menimbulkan konsekuensi di dunia nyata," kata Clinton kepada anggota Kongres di Capitol Hill, di mana dia menghadiri upacara bagi Pemimpin Minoritas Senat dari partai Demokrat Harry Reid yang akan mengundurkan diri.

"Ini bukan soal politik atau keberpihakan. Ada nyawa yang dipertaruhkan,” katanya.

Dia merujuk pada apa yang disebut insiden "Pizzagate" di Washington, DC, akhir pekan ini, yang berakhir menakutkan. Seorang laki-laki yang percaya pada berita palsu bahwa Clinton dan para pembantunya mengelola jaringan seks anak-anak di restoran pizza lokal memasuki restoran itu Minggu dan melepaskan tembakan senjata api. Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.

Polisi dengan cepat menangkap Edgar Maddison Welch yang berusia 28 tahun itu. Polisi mengatakan Welch mengatakan bahwa dia datang dengan mobil dari North Carolina untuk secara pribadi menyelidiki cerita palsu itu dan menyelamatkan anak-anak .

Toko-toko lain juga mendapat ancaman setelah muncul teori-teori konspirasi di internet.

"Ini bahaya yang harus diatasi, dan ditangani dengan cepat," kata Clinton.

Undang-undang yang didukung kedua partai sedang dibahas di Kongres untuk meningkatkan respon pemerintah terhadap propaganda asing, dan industri teknologi informasi di Silicon Valley mulai menghadapi ancaman berita palsu.

Penting bagi para pemimpin baik di sektor swasta maupun pemerintah untuk meningkatkan usaha melindungi kehidupan demokrasi dan orang-orang yang tidak bersalah, kata Hillary Clinton. [sp/isa]