Minggu lalu, Mohamed Malick Fall, Direktur Kawasan UNICEF di Afrika Timur dan Selatan mendesak berbagai pemerintahan di kawasan tersebut untuk segera membuka sekolah yang ditutup tahun ini karena wabah virus corona.
Mohamed Malick Fall mengatakan pandemi telah menyebabkan “krisis pendidikan yang belum pernah terjadi sebelumnya” selama tujuh bulan terakhir karena alat komunikasi dan metode pembelajaran online tidak terjangkau oleh semua siswa. Beberapa juga tidak memperoleh makanan sehari-hari yang biasanya disediakan oleh sekolah.
Muhamed Malick Fall menjelaskan masalah tidak sampai disitu saja.
BACA JUGA: Pembelajaran Daring Hadapi Tantangan Gangguan Teknologi"Kehilangan peluang belajar merugikan anak-anak dan komunitas, kehamilan remaja dan kekerasan terhadap anak meningkat. Sekarang kami menyadari bahwa membuka kembali sekolah secara aman tidak akan mudah. Meskipun bukti menunjukan bahwa anak-anak tidak menularkan atau menyebarluaskan pandemi, akan ada kasus Covid-19 di sekolah nantinya. Praktiknya tidak sempurna, tetapi bisa dilakukan dengan bantuan masyarakat, kepemimpinan pemerintah dan investasi," paparnya.
Afrika Selatan misalnya, memiliki kasus Covid-19 tertinggi, tetapi sekolah-sekolah tetap buka pada bulan Agustus.
UNICEF mengatakan sebagian besar negara di Afrika bagian Timur dan selatan bertahap membuka sekolah kembali, dimulai dengan ujian kelas.
Di Zimbabwe, ujian kelas dijadwalkan awal Oktober. Tetapi penyelenggaraannya sekarang terancam batal setelah serikat guru terbesar di negara itu menyerukan pemogokan kecuali kalau keprihatinan mereka ditanggapi.
Para guru bergaji sekitar $100 sebulan (Rp 1,48 juta), termasuk $75 tunjangan Covid-19 yang di tawarkan dua bulan lalu. Mereka menuntut tambahan $500 agar bisa hidup di atas garis kemiskinan.
Sifiso Ndlovu Ketua Asosiasi Guru Zimbabwe mengatakan dia khawatir bahwa UNICEF tidak mengkaji ketidaksiapan negaranya untuk membuka sekolah kembali.
"Isu keselamatan di sekolah yang kami prihatinkan tidak ditanggapi sepenuhnya, sehingga tidak menjamin keamanan dan kesehatan sekolah dan tanpa kasus Covid-19 yang besar. Kedua, UNICEF tampaknya tidak peduli dengan kondisi pembelajaran untuk para siswa juga bergantung pada kondisi kerja para guru, dan yang terpenting, itu semua harus didukung dengan pendanaan yang cukup," katanya.
Menteri Pendidikan, Zimbabwe Amon Murwira, mengatakan pemerintahan menganggarkan sekitar $ 60 ribu untuk memastikan pada saat sekolah dibuka kembali mereka memenuhi panduan WHO untuk Covid-19.
Negara tetangga Zambia pada hari Senin mulai membuka kembali sekolah-sekolahnya. Lewat WhatsApp, Christopher Yalukan dari dari Serikat Guru Nasional Zambia, mengatakan organisasinya memeriksa kesiapan sekolah-sekolah setelah selama setengah tahun ditutup.
"Dari hasil pengamatan kami, kebanyakan anak-anak datang dilengkapi masker, sekolah sudah membeli beberapa masker, disinfektan, dan mereka sudah memasang beberapa tempat cuci tangan di dalam sekolah. Guna memastikan terselenggaranya penjagaan jarak sosial sekolah dibagi atau jadwalnya bergantian, dan dengan demikian semua siswa datang ke sekolah pada hari yang bersamaan," kata Yalunda.
Yalunda mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Zambia telah berhasil membuka kembal sekolah dan mengikuti pedoman WHO untuk menekan penyebaran virus corona. Dia mengatakan serikat guru akan melakukan penilitian ke seluruh negeri untuk mengkaji keadaannya. [ew/jm]