Defisit perdagangan Jepang membengkak menjadi lebih dari 10 milyar dolar pada bulan Agustus sementara negara itu terus merasakan dampak gempa dan tsunami 11 Maret.
Kementerian perdagangan mengatakan Rabu, bahwa ekspor lebih tinggi 2,8 persen dibanding Agustus tahun lalu. Itu adalah peningkatan tahun-ke-tahun yang pertama sejak Maret, tetapi jauh di bawah angka 8,0 persen yang diperkirakan oleh para ekonom.
Sementara itu, impor melonjak lebih dari 19 persen karena harga minyak yang lebih tinggi dan permintaan yang kuat untuk gas alam cair. Pembelian LNG melonjak untuk mengisi kekurangan tenaga listrik dari PLTN yang sebagian besar telah ditutup sejak bencana di Fukushima.
Ekspor mobil naik 5,3 persen sementara sektor manufaktur memulihkan rantai pasokan yang terganggu oleh gempa.
Tapi produsen sekarang menghadapi tekanan dari lonjakan nilai yen, yang membuat produk mereka lebih mahal di pasar luar negeri. Pengiriman komponen elektronik merosot 16,4 persen.
Ekspor ke Asia naik hanya 0,4 persen pada Agustus, dengan ekspor ke Tiongkok meningkat 2,4 persen. Ekspor negara itu ke Amerika Serikat naik 3,5 persen, sementara pengiriman ke Uni Eropa naik 6,0 persen.