Menentang jam malam, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan, Senin (8/3), di kota terbesar Myanmar, Yangon, untuk menuntut pasukan keamanan agar menghentikan pengepungan terhadap ratusan pengunjuk rasa muda antikudeta.
Massa berdemonstrasi di seluruh kota itu pada Senin (8/3) malam untuk mendukung para pemuda yang terkepung di lingkungan Sanchaung. Mereka meneriakkan, “Bebaskan para mahasiswa di Sanchaung.”
Berita tentang para pemuda itu menyebar dengan cepat di media sosial, dan orang-orang turun ke jalan untuk mencoba menarik beberapa anggota pasukan keamanan dari para pengunjuk rasa muda yang terjebak di daerah sempit di lingkungan itu.
Tentara mengancam akan mencari para pemuda dari rumah ke rumah sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat dan negara-negara lain mengimbau agar para pemuda itu diizinkan pergi.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan “pengekangan maksimum” dan “pembebasan semua dengan aman tanpa kekerasan atau penangkapan,” menurut juru bicaranya.
Kedutaan Besar AS mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Kami meminta pasukan keamanan untuk mundur dan mengizinkan orang pulang dengan aman.”
Myanmar dilanda kekacauan dan kekerasan sejak 1 Februari, ketika militer menggulingkan pemerintah sipil dan menahan Aung San Suu Kyi serta pejabat tinggi NLD lainnya. Para pejabat militer mengatakan kecurangan yang meluas terjadi dalam pemilihan November lalu, yang dimenangkan oleh NLD secara telak. Para petugas pemilu membantah adanya penyimpangan yang signifikan. [lt/ps]