Media pemerintah Mesir dan para pejabat pemerintah setempat mengatakan curiga adanya sabotase dalam insiden ledakan pipa saluran gas di Semenanjung Sinai utara negeri itu. Aliran gas ditutup sementara.
Insiden itu mengkhawatirkan Israel. Mesir memasok sekitar 40 persen gas alam ke Israel yang kebanyakan digunakan di pusat-pusat pembangkit tenaga listrik. Perjanjian penjualan gas adalah landasan bagi hubungan damai kedua negara, tetapi Israel khawatir ketidakstabilan di Mesir dengan adanya demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah dapat mengakibatkan perjanjian itu tidak berarti.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membahas isu itu pada sidang kabinet mingguan.
Ia mengatakan Israel siap menghadapi kemungkinan buruk itu, tetapi dengan adanya gelombang demonstrasi yang menggoncang kawasan itu, Israel harus mencari sumber energi alternatif.
Menteri Infrastruktur Israel Uzi Landau sedang mengupayakan pinjaman pemerintah dan keringanan pajak untuk mempercepat pembangunan ladang gas alam besar yang ditemukan di pantai Laut Tengah wilayah Israel beberapa bulan lalu. Landau mengatakan, dengan peristiwa yang sekarang terjadi di Mesir, Israel harus mampu mandiri di bidang energi.
Ia menambahkan, "Kami selalu mengharapkan yang terbaik dengan persetujuan perdamaian dan kontrak penjualan gas yang kita miliki. Tetapi, kami harus mempersiapkan diri bila terjadi hal yang tidak diinginkan terkait dengan persetujuan itu.”
Ketidakpastian mengenai pipa saluran gas itu menunjukkan keprihatinan yang lebih luas: Israel khawatir apabila pemerintahan baru yang berkuasa di Mesir bersikap anti-Israel, pemerintahan itu mungkin akan membatalkan perjanjian perdamaian dengan Israel yang telah berjalan 32 tahun itu.