Berkeliling kampung untuk membangunkan orang-orang untuk sahur tidak hanya lumrah Indonesia, khususnya di kawasan pedesaan. Di Jalur Gaza, selama Ramadan, sekelompok warga Palestina juga rajin berkeliling kawasan tempat tinggal mereka untuk membangunkan warga dengan menabuh beduk dan melantukan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Itulah panggilan sebuah kelompok beranggotakan lima pemuda yang setiap dini hari berkeliling kampung mereka untuk membangunkan warga.
Tidak ada nama khusus bagi kelompok itu, tapi orang-orang menyebutnya Mesaharati, sesuai nama tradisi panggilan sahur khas Timur Tengah yang usianya sudah berabad-abad.
Dengan mengenakan serban dan pakaian Muslim khas Timur Tengah, mereka berjalan kaki sambil tak henti-hentinya menabuh beduk kecil, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, dan lagu-lagu religi.
Mohammed Mosran (20 tahun), mahasiswa jurusan keperawatan, bertugas melantunkan suara merdunya untuk kelompok itu.
Your browser doesn’t support HTML5
“Kami berkeliling untuk membangunkan orang-orang dan berusaha untuk mengurangi rasa tertekan karena blokade, kemiskinan dan keputusasaan yang kami hadapi. Kami mencoba untuk membuat orang-orang bahagia dan menikmati suasana Ramadan dengan melantunkan ayat-ayat suci, dan lagu-lagu religi. Kami mencoba untuk mengurangi dampak dari situasi yang kita hadapi," ungkapnya.
Pada masa lalu Mesaharati adalah sebuah pekerjaan. Seorang Mesaharati sering juga disebut ”Al Tabbeil” atau penabuh beduk. Mereka tidak menuntut pembayaran, tetapi orang biasanya akan memberi mereka hadiah di akhir Ramadan.
Menurut Ahmed (23 tahun), seorang anggota lainnya, kelompoknya itu bukan Mesaharati yang banyak dikenal selama ini.
"Kami mengambil pendekatan nontradisional. Alih-alih bertepuk tangan dan bernyanyi 'bangun jika tidur, puji Yang Mahakuasa', kami memutuskan untuk menyanyikan lagu-lagu religi, nyanyian tentang nabi, melantunkan ayat-ayat suci dan kemudian kami meninggalkan jejak atau tanda di setiap tempat yang kami kunjungi. Orang-orang menyukai kami dan meminta kami melakukannya lagi. Alhamdulillah,” komentarnya.
Pengakuan Ahmed ada benarnya. Kemana saja mereka berkeliling, orang-orang menonton aksi mereka. Beberapa bahkan merekamnya dalam ponsel untuk kemudian disebarkan melalui media sosial.
Tahany Shbeir, warga dari Khan Younis, sebuah kota di selatan Jalur Gaza menyukai Ramadan kali ini. Duduk di gang dekat rumahnya untuk sahur bersama, ia mengatakan kotanya terlihat berbeda.
“Saya merasa Ramadan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Orang-orang bersiap-siap lebih awal. Mereka menyiapkan penerangan, dekorasi dan lain-lain. Orang-orang saat ini sering berkumpul di jalan-jalan untuk makan bersama. Pertemuan yang sangat menyenangkan," jelasnya.
Ini Ramadan kedua Mesaharati menggelar kegiatan rutin tersebut. Kelompok ini ingin melakukannya setiap tahun, pada bulan-bulan puasa berikutnya. [ab/uh]