Dinas Mata-mata: Spionase Online yang Disponsor Negara Mungkin Menarget Program Kapal Selam Australia

  • Associated Press

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, kanan, saat pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden, tengah, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, kiri, di pangkalan Angkatan Laut Point Loma di San Diego, California, Senin, 13 Maret 2023. (Foto : melalui AP)

Kerja sama Australia dengan Amerika Serikat dan Inggris untuk mengembangkan armada kapal selam bertenaga teknologi nuklir Amerika kemungkinan besar menjadi sasaran spionase siber yang disponsor negara, kata badan mata-mata digital Australia, Rabu (15/11).

Dalam penilaian ancaman daring tahunan terbaru untuk tahun fiskal yang berakhir pada 30 Juni, Direktorat Sinyal Australia melaporkan peningkatan 23% kejahatan siber di negara itu dan kenaikan 14% biaya rata-rata setiap kejahatan

Laporan itu menyoroti peran China dalam mendukung Volt Typhoon, kelompok peretas yang menarget infrastruktur penting Amerika, termasuk fasilitas militer di Guam.

BACA JUGA: Australia Bantah akan Bantu AS untuk Bela Taiwan Sebagai Imbalan Pembelian Kapal Selam

Laporan tersebut memperingatkan bahwa teknik yang sama bisa digunakan terhadap infrastruktur Australia sebagai bagian dari pengumpulan informasi atau kegiatan yang mengganggu.

Target-target potensialnya mencakup perjanjian AUKUS – singkatan dari Australia, Inggris, dan Amerika Serikat – di mana Amerika akan berbagi rahasia teknologi kapal selam nuklirnya.

Menteri Pertahanan Richard Marles mengatakan meningkatnya minat para penjahat siber yang disponsor negara terhadap infrastruktur Australia, termasuk program kapal selam, menunjukkan perlunya investasi yang lebih besar dalam kemampuan pertahanan siber negara itu. Ia mengatakan bahwa pemerintah akan menggandakan kapasitas online Direktorat Sinyal Australia, dengan menginvestasikan 10 miliar dolar Australia ($6,5 miliar) selama satu dekade.

Analis keamanan mengatakan China adalah aktor negara terbesar dalam kejahatan siber di Australia, diikuti Rusia dan Iran.

BACA JUGA: Beli Kapal Selam Nuklir dari AS, RI Minta Australia Patuhi Kesepakatan Nonproliferasi Senjata Nuklir

Laporan baru mengenai meningkatnya ancaman online di Australia itu muncul sementara Australia meningkatkan hubungan dengan China. Perdana Menteri Anthony Albanese bulan ini menjadi pemimpin Australia pertama dalam tujuh tahun yang mengunjungi China.

Marles menggambarkan hubungan Australia dengan China sebagai “rumit.” “Kami tidak pernah berpura-pura bahwa hubungan ini mudah. Kami jelas menghargai hubungan yang produktif dengan China. Mereka adalah mitra dagang terbesar kami. Jadi, berinvestasi dalam hubungan ini adalah tepat,” kata Marles kepada Australian Broadcasting Corp. “Tetapi China telah menjadi sumber kekhawatiran keamanan bagi negara kami dan kami juga bersiap menghadapinya,” tambah Marles. [ka/ab]