Dirjen WHO Imbau Moratorium terhadap Penguat Vaksinasi

  • Associated Press

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara di Jenewa (foto: dok).

Pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu (8/4) menyerukan moratorium mengenai pemberian suntikan penguat vaksin COVID-19 sebagai cara untuk membantu memastikan dosis tersedia di negara-negara di mana baru sedikit orang mendapat suntikan pertama.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan seruan kepada negara-negara kaya yang telah jauh melampaui negara berkembang dalam jumlah vaksinasi.

Tedros mengatakan negara-negara kaya telah memberikan rata-rata sekitar 100 dosis vaksin virus corona untuk setiap 100 orang, sementara negara-negara berpenghasilan rendah yang terhambat oleh terbatasnya pasokan hanya menyediakan sekitar 1,5 dosis per 100 orang. " Kita membutuhkan pengalihan sebagian besar vaksin dari negara-negara berpenghasilan tinggi untuk diberikan kepada negara-negara berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, WHO menyerukan moratorium terhadap suntikan penguat hingga setidaknya akhir September guna memungkinkan paling sedikit 10% populasi di setiap negara mendapat vaksinasi," tandasnya.

Pejabat WHO itu mengatakan bahwa sains belum membuktikan pemberian suntikan penguat kepada orang yang telah menerima dua dosis vaksin, efektif dalam mencegah penyebaran virus corona.

Badan kesehatan PBB itu telah berulang kali menyerukan negara-negara kaya untuk berbuat lebih banyak guna membantu meningkatkan akses ke vaksin di negara berkembang.

BACA JUGA: Lagi, 3,5 Juta Dosis Vaksin Moderna Sumbangan AS Tiba di Indonesia

Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan kembali bahwa tidak ada yang aman dari virus ini sampai semua orang aman, karena semakin lama dan semakin luas virus corona beredar, semakin besar kemungkinan munculnya varian baru dan memperpanjang krisis global dalam memerangi pandemi.

Badan tersebut tidak punya kekuatan untuk memaksa negara-negara bertindak, dan di masa lalu negara-negara kerap mengabaikan seruan WHO terkait isu-isu seperti menyumbangkan vaksin, membatasi perjalanan lintas batas dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produksi vaksin di negara-negara berkembang.

"Kita meminta produsen vaksin untuk memprioritaskan COVAX dan kita meminta semua orang yang berpengaruh - atlet Olimpiade, investor, pemimpin bisnis, pemimpin agama dan setiap individu dalam keluarga dan komunitasnya sendiri untuk mendukung seruan WHO mengenai moratorium pemberian suntikan penguat sampai setidaknya akhir September," ujar Tedros.

BACA JUGA: Gedung Putih: Lebih dari 110 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Dikirim ke Lebih dari 60 Negara

Tedros merujuk pada target WHO yang diumumkannya pada bulan Mei untuk memastikan bahwa 10% dari populasi di semua negara menerima vaksin untuk melawan virus corona.

Tedros juga mengimbau secara khusus kepada kelompok 20 ekonomi besar yang berpengaruh, dengan mengatakan "nasib pandemi" bergantung pada kepemimpinan mereka.

Para pekerja menurunkan vaksin Moderna hasil kerjasama internasional RI-AS melalui fasilitas multilateral COVAX, di terminal kargo Soekarno Hatta International. (Foto: Courtesy Biro Pers via Reuters)

Kepala USAID, Samantha Power (foto dok. Reuters)

Amerika sebagai salah satu anggota G20 telah menyumbang sejumlah vaksin kepada negara-negara berkembang termasuk Indonesia dan Selasa (8/3) mengumumkan bantuan 600.000 dosis vaksin Johnson & Johnson kepada Sudan.

"AS memenuhi janji Presiden (Joe) Biden untuk menjadi gudang vaksin bagi dunia. Dengan gembira saya sampaikan, dalam dua hari mendatang, pesawat akan mendarat di sini di Khartoum dengan 600.000 lebih dosis vaksin Johnson & Johnson yang disediakan AS dan kami tahu ini tiba pada saat yang sangat diperlukan dan dukungan yang lebih banyak akan tiba," kata Samantha Power.

Samantha Power, pimpinan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), pemenang Hadiah Pulitzer tentang genosida ini berbicara hari Selasa (3/8) di Khartoum, Sudan sebelum bertolak ke Ethiopia untuk menekan pemerintah di sana agar mengizinkan bantuan kemanusiaan ke wilayah Tigray yang dilanda perang. [my/jm]

Your browser doesn’t support HTML5

Pimpinan WHO Imbau Morotarium terhadap Penguat Vaksinasi