Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus hari Jumat (4/12) mengatakan seiring keberadaan vaksin Covid-19, negara-negara harus mulai menanamkan investasi dan bersiap menghadapi pandemi berikutnya.
“Meskipun telah diperingatkan selama bertahun-tahun, banyak negara belum siap menghadapi Covid-19,” ujar Tedros dalam sesi khusus Sidang umum PBB tentang virus corona.
“Banyak yang menilai sistem layanan kesehatan mereka sudah kuat dan akan melindungi mereka,” tambahnya.
BACA JUGA: Sekjen PBB: Pemulihan Dunia akibat Covid-19 Butuh TahunanTedros mengatakan negara-negara yang sebelumnya menangani virus corona seperti Sindrom Pernafasan Sangat Akut SARS dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah MERS, juga berbagai penyakit menular lainnya, sudah jauh lebih siap ketika mengatasi Covid-19.
“Kini semua negara harus mengembangkan prosedur yang sama dan menanamkan investasi dalam tindakan untuk mencegah, mengendalikan dan mengurangi krisis berikutnya,” ujar Tedros.
“Jelas bahwa sistem kesiapsiagaan global juga harus diperhatikan,” tandasnya.
Sejumlah negara telah mengkritik cara WHO menangani pandemi virus corona setelah China melaporkan kasus pertama di Wuhan pada awal Januari ini. Presiden Amerika Donald Trump telah menjadi salah seorang kritikus paling vokal dan pada 29 Mei lalu mengumumkan bahwa Amerika akan menarik diri dari organisasi kesehatan global itu. Presiden terpilih Joe Biden mengatakan ia akan mengubah keputusan itu saat menjabat Januari nanti.
Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan perlunya negara-negara kaya dan miskin sama-sama memiliki akses yang sama atas vaksin Covid-19, dengan mengatakan berbagi sains bukan derma, tetapi demi kepentingan terbaik setiap negara.
Jumlah kasus virus corona di seluruh dunia hari Jumat (4/12) melampaui 6,5 juta orang, termasuk lebih dari 1,5 juta kematian. Amerika masih menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia, yaitu lebih dari 14 juta orang yang tertular dan 276.513 orang meninggal dunia.
Dalam wawancara hari Kamis (3/12) Biden mengatakan ia akan meminta warga Amerika untuk mengenakan masker selama 100 hari ketika ia mulai menjabat 20 Januari nanti, guna mencegah meluasnya perebakan virus mematikan ini. [em/pp]