Diskusi yang menghadirkan tokoh feminis Kanada, Irshad Manji di Yogyakarta, dibubarkan paksa setelah ratusan anggota berbagai ormas memprotes penyelenggaraan diskusi tersebut.
Pembubaran diskusi yang seharusnya diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dipicu oleh surat rektor kampus tersebut, yang meminta diskusi tidak dilanjutkan. Penyebabnya, pada Selasa malam kemarin, ratusan anggota berbagai organisasi kemasyarakatan datang ke kampus, untuk mempertanyakan penyelenggaraan diskusi tersebut.
Hari Rabu pagi, puluhan aktivis dakwah Kampus UGM juga menggelar aksi penolakan ketika diskusi akan dimulai. Rentetan aksi penolakan itulah yang membuat Irshad Manji akhirnya memilih untuk mengalah.
Meskipun begitu, kepada peserta diskusi yang telah datang, sesaat sebelum pembubaran paksa, Irshad Manji berharap Indonesia mestinya bisa merespon kedatangannya dengan lebih terbuka. Dengan ekspresi kekecewaan, dia mengungkapkan keheranannya, karena empat tahun lalu dia datang ke UGM dan disambut dengan baik, tetapi kali ini ditolak dengan keras.
"Empat tahun kemudian saya menulis sebuah buku dengan kata-kata Allah, Kebebasan, dan Cinta sebagai judulnya. Tidak hanya mengalami aksi kekerasan di Jakarta, tetapi kemarin kegiatan kami di Solo digagalkan dan di sini di Universitas yang menerima saya dengan sangat baik empat tahun yang lalu, pimpinan universitas yang sekarang justru menutup kegiatan ini," ungkap Irshad Manji.
Ia menambahkan, "Jika kita tidak memiliki kebebasan berekspresi, kebebasan berbicara dan kebebasan berpikir, maka kita tidak akan memperoleh pendidikan, yang kita dapat adalah indoktrinasi. Dan Indonesia semestinya lebih dari ini, Anda telah menunjukkan bahwa kita bisa lebih baik dari ini."
Sementara itu, puluhan mahasiswa aktivis dakwah kampus yang menggelar aksi penolakan menilai, Irshad Manji adalah penyebar ide kebebasan hubungan sesama jenis.
Menurut koordinator aksi penolakan dari mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia, Yayan, hubungan sesama jenis berbahaya dan tidak sesuai dengan tata nilai masyarakat. Irshad Manji juga dianggap tidak memiliki ijin untuk berbicara dalam forum resmi di Indonesia.
"Mereka datang ke Indonesia itu dalam rangka untuk mengkampanyekan ide perkawinan sejenis, lesbian atau homoseks. Nah ide ini berbahaya, kalau ini berkembang di masyarakat ini akan menjadi senjata bagi mereka, peluru bagi mereka, untuk dibawa ke DPR untuk kemudian disahkan Undang-Undang sesama jenis di Indonesia. Ini akan merusak tatanan kehidupan keluarga di Indonesia yang sampai saat ini masih dijaga oleh rakyat Indonesia," papar Yayan.
Dalam keterangan resmi, pihak UGM melalui juru bicaranya, Wijayanti, menegaskan tidak pernah menolak kedatangan Irshad Manji. Permintaan untuk membatalkan acara diskusi disebabkan oleh adanya tekanan ratusan massa pada Selasa malam dan kewajiban UGM untuk menjamin keamanan tamu dan seluruh warga kampus.
UGM tetap berkomitmen untuk menegakkan kebebasan akademik, namun perlu dukungan dari semua pihak dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Hari Rabu pagi, puluhan aktivis dakwah Kampus UGM juga menggelar aksi penolakan ketika diskusi akan dimulai. Rentetan aksi penolakan itulah yang membuat Irshad Manji akhirnya memilih untuk mengalah.
Meskipun begitu, kepada peserta diskusi yang telah datang, sesaat sebelum pembubaran paksa, Irshad Manji berharap Indonesia mestinya bisa merespon kedatangannya dengan lebih terbuka. Dengan ekspresi kekecewaan, dia mengungkapkan keheranannya, karena empat tahun lalu dia datang ke UGM dan disambut dengan baik, tetapi kali ini ditolak dengan keras.
"Empat tahun kemudian saya menulis sebuah buku dengan kata-kata Allah, Kebebasan, dan Cinta sebagai judulnya. Tidak hanya mengalami aksi kekerasan di Jakarta, tetapi kemarin kegiatan kami di Solo digagalkan dan di sini di Universitas yang menerima saya dengan sangat baik empat tahun yang lalu, pimpinan universitas yang sekarang justru menutup kegiatan ini," ungkap Irshad Manji.
Ia menambahkan, "Jika kita tidak memiliki kebebasan berekspresi, kebebasan berbicara dan kebebasan berpikir, maka kita tidak akan memperoleh pendidikan, yang kita dapat adalah indoktrinasi. Dan Indonesia semestinya lebih dari ini, Anda telah menunjukkan bahwa kita bisa lebih baik dari ini."
Sementara itu, puluhan mahasiswa aktivis dakwah kampus yang menggelar aksi penolakan menilai, Irshad Manji adalah penyebar ide kebebasan hubungan sesama jenis.
Menurut koordinator aksi penolakan dari mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia, Yayan, hubungan sesama jenis berbahaya dan tidak sesuai dengan tata nilai masyarakat. Irshad Manji juga dianggap tidak memiliki ijin untuk berbicara dalam forum resmi di Indonesia.
"Mereka datang ke Indonesia itu dalam rangka untuk mengkampanyekan ide perkawinan sejenis, lesbian atau homoseks. Nah ide ini berbahaya, kalau ini berkembang di masyarakat ini akan menjadi senjata bagi mereka, peluru bagi mereka, untuk dibawa ke DPR untuk kemudian disahkan Undang-Undang sesama jenis di Indonesia. Ini akan merusak tatanan kehidupan keluarga di Indonesia yang sampai saat ini masih dijaga oleh rakyat Indonesia," papar Yayan.
Dalam keterangan resmi, pihak UGM melalui juru bicaranya, Wijayanti, menegaskan tidak pernah menolak kedatangan Irshad Manji. Permintaan untuk membatalkan acara diskusi disebabkan oleh adanya tekanan ratusan massa pada Selasa malam dan kewajiban UGM untuk menjamin keamanan tamu dan seluruh warga kampus.
UGM tetap berkomitmen untuk menegakkan kebebasan akademik, namun perlu dukungan dari semua pihak dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.