Suara gelak tawa terdengar keras saat anak-anak menyaksikan dua pemain pantomim tampil di hadapan mereka di salah satu lokasi pengungsian yang berada di Posko Buah Hati, Kelurahan Karema, Kota Mamuju, Sulawesi Barat.
Kedua pemain pantomim yang berpenampilan seperti badut itu mengajak anak-anak ikut berjoget bersama mereka dengan diiringi musik ceria. Di Lokasi pengungsian yang dihuni 100 keluarga (466 jiwa) itu, terdapat 20 anak-anak dan 43 balita.
Hafit Cipta (38), Koordinator Relawan Posko Gabungan Relawan Komunitas Palu kepada VOA mengatakan kegiatan menghibur melalui pementasan pantomim sudah dilakukan sejak 21 Januari di berbagai lokasi di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene. Melalui kegiatan itu, mereka berupaya mengembalikan keceriaan anak-anak yang umumnya mengalami trauma pasca gempa bumi.
“Ini untuk mengangkat semangat anak-anak yang sempat kurang lebih pasti semua trauma, itu kita pulihkan perlahan-lahan agar keceriaan kembali sedia kala” jelas Hafid saat ditemui di sela-sela pagelaran pantomim.
Meskipun ditujukan untuk anak-anak, orangtua ikut menonton pertunjukan itu dan mereka pun ikut tertawa.
Sejak tampil diberbagai tempat, pementasan pantomim atau drama tanpa kata-kata yang dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah itu, juga mendapat permintaan untuk tampil di berbagai lokasi posko pengungsian termasuk di Rumah Tahanan (Rutan) Mamuju. Menurut Hafit, pascabencana, warga umumnya membutuhkan hiburan.
BACA JUGA: Beban Ganda Sektor Kesehatan Tangani Gempa SulbarRizal Jufli (37) salah seorang penyintas memuji kegiatan itu yang disebutnya dapat menghibur anak-anak yang umumnya masih merasa trauma oleh peristiwa gempa magnitudo 6,2, Jumat (15/1/2021). Dikatakannya selama berada di posko pengungsian kedua anaknya tidak dapat tidur nyenyak.
“Dia masih trauma dan dia nggak pernah tenang tidurnya, mudah-mudahan dengan kegiatan para relawan ini bisa membantu anak-anak bahwa ketakutan itu harus dilawan, bencana ini hanya berlalu saja” ujar Rizal.
Dia menuturkan akibat gempa rumahnya tidak dapat lagi ditempati karena mengalami kerusakan berat pada sebagian besar badan rumah.
“Rumah hancur di depan, teras habis, dapur. Mau dibilang tidak bisa lagi ditempati” ujar Rizal.
Selain memberi hiburan melalui pementasan pantomim, Relawan Komunitas Palu juga menyalurkan berbagai bantuan sembako, masker dan perlengkapan bayi.
Mia (20) salah seorang ibu berharap bisa dapat lebih mudah untuk mendapatkan kebutuhan bayinya yang berusia 4 bulan. Selama berada di pengungsian, ia mengaku sulit mendapatkan kebutuhan popok dan minyak telon.
“Yang butuh susu, popok sama minyak telon, yah jarang dapatnya Pak” ujar Mia yang hari itu mengaku cukup lega mendapatkan bantuan berupa 10 buah popok yang diberikan para Relawan Komunitas Palu.
Berdasarkan data Pusdalops BNPB, jumlah warga yang masih mengungsi di Kabupaten Mamuju sebanyak 59 ribu jiwa yang tersebar di 230 titik pengungsian; di Kabupaten Majene warga yang mengungsi sebanyak 27.637 jiwa di 20 lokasi; dan di Kabupaten Polewali Mandar jumlah pengungsi dilaporkan sebanyak 5.433 orang di 110 titik pengungsian. Total pengungsi sebanyak 92.075 jiwa berdasarkan informasi yang terkumpul pada 25 Januari 2021 pukul 20.00 WIB.
Gempa bumi yang menewaskan 105 orang di Mamuju dan Majene itu diperkirakan menimbulkan kerugian materi senilai Rp206,4 miliar. [yl/ab]
Your browser doesn’t support HTML5