Menjelang akhir masa kampanye Pemilu 2019, diaspora Indonesia di Amerika menggelar berbagai acara di berbagai kota. Pencoblosan Pemilu di Amerika yang akan dilaksanakan serentak lebih awal, yaitu pada tanggal 13 April, membuat kedua kubu, 01 dan 02 memusatkan kampanye dan sosialisasi pemilu dalam satu minggu terakhir.
Diaspora Indonesia pendukung paslon 02 Prabowo-Sandi yaitu PADI USA dan Barisan Emak-Emak Madani (BE2M) mengundang pengamat politik Rocky Gerung untuk berbicara di tiga kota yaitu Los Angeles, Washington DC dan New York. Kedatangan Rocky disambut dengan yell-yell “Presiden Akal Sehat.”
Di Washington DC, Rocky yang berbicara selama sekitar 2-3 jam mengatakan bahwa kecenderungan merosotnya elektabilitas petahana, sebagaimana yang diumumkan oleh harian Kompas beberapa waktu lalu, tampaknya menjadi hal yang mencemaskan bagi pemerintah, sehingga akan melakukan apapun untuk bisa menaikkan elektabilitas dan salah satunya adalah dengan kecurangan. Ia menduga (guestimation) bahwa “kecurangan-kecurangan” akan terus berlanjut dalam dua minggu kedepan. Karena itu Rocky berkali-kali menggaungkan tagar agar para pengamat internasional (international observers) bersedia menjadi pengamat jalannya pemilu di Indonesia agar lebih ‘legitimate.’
BACA JUGA: Prabowo: Ibu Pertiwi Tengah Diperkosa“Bagi petahana, (17 April) adalah ‘To Be or Not To Be’, apakah ia akan bertahan atau ia akan punah? Karena di belakang petahana kan ada gerbong politik, gerbong bisnis, gerbong segala macam kepentingan. Jadi ada kecemasan dari orang yang membawa gerbong panjang,” paparnya.
Rocky juga mengkritisi pemerintah dari sisi ekonomi, pembangunan infrastruktur yang tidak diikuti dengan mencerdaskan kehidupan bangsa hingga pembubaran organisasi HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) hanya gara-gara mengusung ide atau gagasan sistem “khilafah.” “Itu kan baru gagasan atau pemikiran, sama saja dengan ada keinginan orang yang ingin kembali ke sistem kerajaan. Itu baru dalam bentuk pemikiran. Lain halnya kalau mereka menyimpan dan siap mengangkat senjata,” imbuhnya.
Rocky juga menyoroti makin merosotnya keakraban berbangsa dan bernegara di antara sesama rakyat Indonesia karena pilihan diksi-diksi yang digunakan pemerintah yang dinilainya memojokkan lawan politik, seperti: “Saya Pancasila,” yang secara tidak langsung menuduh lawan politiknya, “Kamu Fundamentalis.” Usai mengunjungi Amerika Serikat, Rocky Gerung langsung memenuhi undangan para pendukung PADI di beberapa negara di Eropa.
Pendukung Jokowi Selenggarakan Gerakan "Amerika BerSatu" di Berbagai Kota
Sementara itu, diaspora pendukung Paslon 01 Jokowi-Ma’ruf Amin membuat gerakan Amerika BerSatu di seluruh kota-kota di Amerika Serikat. Gerakan ini melakukan kegiatan kampanye serentak pada akhir pekan dengan berbagai kegiatan komunitas.
“Gerakan ini dimulai sekitar pertengahan Maret 2019. Dengan semangat para relawan 01, saat ini telah terkonsolidasi di 36 negara bagian dan 39 titik diseluruh wilayah Amerika, dari Hawaii, Los Angeles, Washington DC, New York bahkan sampai Kanada,” kata Priscillia Sundah Suntoso, co-founder dari Gerakan Amerika BerSatu.
BACA JUGA: Menlu Minta Perwakilan Indonesia di Luar Negeri Profesional dalam PemiluSelama tiga hari, berbagai kota mengadakan kampanye dukungan paslon 01 sesuai dengan kreativitas masing-masing, seperti bazar, deklarasi, hingga berjoget menyanyikan lagu Jokowi Gaspol, Jokowi Wae, dan sebagainya.
Di New York, Amerika BerSatu mengadakan acara Malam Bhinneka Tunggal Ika di area Rego Park, Queens, yang dihadiri oleh lebih dari 500 warga pendukung paslon 01. Mereka datang dengan memakai pakaian baju tradisional dari berbagai daerah sesuai asal suku masing-masing.
Acara yang dimulai dengan deklarasi dukungan kepada Paslon 01 dilanjutkan dengan acara merayakan keberagaman Bhineka Tunggal Ika, seperti fashion show busana tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah, tari-tarian daerah hingga kepemutaran video Amerika BerSatu dan video dukungan dari Ketua Tim Kampanye Nasional Paslon 01 Erick Thohir dan musisi Addie MS.
Acara ini juga menghadirkan penyanyi legendaris Berlian Hutauruk yang membawakan tembang dari album Badai Pasti Berlalu.
“Malam Bhinneka Tunggal Ika ini untuk menunjukkan bahwa kita semua menjunjung tinggi keberagaman, toleransi dan martabat bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kami menolak segala ide, gagasan dan pemikiran yang ingin merubah Pancasila,” jelas Priscillia, yang juga seorang pengacara dan telah berpraktek selama duapuluh tahun di Amerika. “Kami juga menolak segala isu-isu kecurangan Pemilu, mari bersama-sama kita jaga Pemilu yang adil dan bersih,” tambah Priscillia menutup wawancara. (pp/nr)