“Saya tidak melihat pembebasan sandera merupakan bagian dari kesepakatan yang tercapai ini hingga saya benar-benar melihat mereka di perbatasan dan dapat memeluknya.”
Itulah petikan pernyataan Rachel Goldberg, ibunda Hersh Goldberg-Polin, yang disandera Hamas sejak tanggal 7 Oktober lalu ketika kelompok itu menyerang bagian selatan Israel.
Hal senada disampaikan Raida Awad, ibunda Ahmed Awad, warga Palestina berusia 17 tahun yang ditahan Israel tahun lalu karena ikut berdemonstrasi tapi hingga kini belum pernah diadili.
“Alhamdulillah. Saya kaget ketika tahu putra saya akan ikut dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan sandera. Saya mengetahui hal ini tadi pagi. Ahmed ada dalam daftar orang yang akan dibebaskan. Subhanallah. Semoga semua ibu yang anaknya dapat dibebaskan merasakan kegembiraan yang sama,” komentarnya.
PM Inggris Berharap Semua Sandera Dibebaskan, Termasuk Warga Inggris
Tidak hanya keluarga orang-orang yang selama ini ditahan Hamas dan Israel, sejumlah pemimpin dunia dan kepala badan bantuan internasional menyambut kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan tahanan ini.
Berbicara di hadapan parlemen Inggris hari Rabu, Perdana Menteri Rishi Sunak berharap kesepakatan itu akan menjadi “langkah pertama yang penting” untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan di Gaza.
“Saya menyambut kesepakatan yang tercapai tadi malam, dan sebagaimana saya sampaikan, kami telah secara konsisten mendorong hal ini, yang merupakan langkah pertama yang penting saat berupaya menyelesaikan situasi dan krisis kemanusiaan di Gaza. Tentu saja kami berharap semua sandera akan segera dibebaskan, termasuk warga negara Inggris. Untuk itu saya menyerukan semua pihak yang terlibat benar-benar melaksanakan kesepakatan ini secara penuh,” tandasnya.
PM India Puji Kesepakatan Gencatan Senjata
Perdana Menteri India Narendra Modi, yang sedang menjadi tuan rumah pertemuan virtual para pemimpin negara anggota G20, juga memuji tercapainya kesepakatan itu, dan berharap semua sandera segera dibebaskan.
“Kami sepakat bahwa terorisme tidak dapat diterima. Kematian warga sipil di mana pun, merupakan hal yang terkutuk. Kami menyambut baik kabar pembebasan sejumlah sandera hari ini. Kami berharap semua sandera akan segera dibebaskan,” jelasnya.
Presiden Turki Tetap Tuntut Pertanggungjawaban Israel di Gaza
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang dikenal sebagai pengecam keras tindakan Israel di Gaza, menyambut kesepakatan itu sebagai “perkembangan positif” dan berharap akan menjadi gencatan senjata permanen. Tetapi Erdogan, yang berbicara dalam pertemuan virtual negara-negara G20, tetap menyerukan semua pihak untuk meminta pertanggungjawaban Israel.
“Sebagaimana diakui siapa pun yang memiliki hati nurani, tidak satu pun tindakan di Gaza dapat digambarkan sebagai hak untuk membela diri. Kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan jelas telah terjadi. Berdasarkan hukum internasional dan hati nurani manusia, mereka yang melakukan hal ini harus bertanggung jawab. Kami sama sekali tidak memaafkan tindakan terhadap warga sipil di Gaza, atau menganggap tindakan itu sebagai hal yang sah dilakukan. Saya mengajak semua pemimpin di sini untuk bereaksi dengan cara yang sama terhadap kematian warga sipil mana pun, terlepas dari apakah mereka warga Israel, Palestina, Yahudi, Muslim atau Kristen,” jelasnya.
UNICEF: 5.300 Anak Palestina Tewas dalam 46 Hari Konflik
Selain menyampaikan harapan pembebasan seluruh sandera, Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell bersama Direktur Eksekutif UN Women Sima Sami Bahous menyoroti kematian lebih dari 5.300 anak Palestina dalam 46 hari ini.
“Lebih dari 5.300 anak Palestina dilaporkan tewas dalam hanya 46 hari terakhir ini. Atau berarti lebih dari 115 orang setiap hari. Berdasarkan angka ini, tampak jelas bahwa 40 persen korban tewas di Gaza adalah anak-anak. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, Jalur Gaza saat ini merupakan daerah paling berbahaya di dunia bagi anak-anak,” katanya.
Paus Ajak Semua Berdoa
Paus Fransiskus yang secara terpisah melakukan pertemuan dengan keluarga sandera di Gaza dan keluarga Palestina yang hidup di tengah kesengsaraan perang ini, memohon diakhirinya apa yang disebutnya sebagai terorisme, dan “hasrat untuk membunuh siapa pun.”
“Tadi pagi saya menerima dua delegasi, satu dari Israel yang anggota keluarganya menjadi sandera di Gaza, dan lainnya dari Palestina yang anggota keluarganya ditahan di Israel. Mereka sama-sama sangat menderita. Saya mendengar penderitaan yang mereka rasakan. Perang yang mengakibatkan semua ini. Tetapi sekarang ini bukan perang lagi, ini terorisme. Mohon wujudkan perdamaian. Berdoalah bagi perdamaian. Banyak lah kita berdoa demi perdamaian. Semoga Tuhan membantu kita menyelesaikan masalah ini dan tidak ada lagi hasrat untuk membunuh siapa pun. Mari berdoa bagi warga Palestina. Mari berdoa bagi warga Israel. Agar perdamaian dapat segera terwujud,” harapnya. [em/jm]