Ekonomi AS Buka 227 Ribu Lapangan Kerja Baru pada Bulan Februari

  • Jim Randle

Para pencari kerja AS antri dalam acara bursa kerja di Vancouver, Washington (foto: dok). Meskipun jutaan orang masih tetap menganggur di AS, bulan Februari lalu ekonomi Amerika berhasil membukan 227 ribu lapangan kerja baru.

Sektor swasta Amerika berhasil menciptakan 227.000 lapangan kerja bulan Februari, sementara angka pengangguran bertahan pada level 8,3 persen.

Beberapa pakar industri mengatakan data lapangan kerja hari Jumat itu merupakan yang terbaru dalam serangkaian laporan ekonomi yang umumnya positif. Namun, jutaan orang masih menganggur dan seorang ekonom mengatakan jumlah angka pengangguran yang menjadi kepala berita itu menutupi beberapa masalah berat yang masih berlanjut.

Laporan Departemen Perburuhan Amerika hari Jumat menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang kuat bulan Februari, dan mengisyaratkan kenaikan lapangan kerja dua bulan sebelumnya lebih kuat dari laporan semula. Secara menyeluruh, itu berarti pertumbuhan lapangan kerja di Amerika dalam enam bulan ini terkuat sejak tahun 2006, sebelum krisis keuangan.

Peningkatan lapangan kerja ini juga bagian dari gambaran ekonomi yang membaik dan membuat perusahaan-perusahaan mulai menambah pegawai.

Tingkat kepercayaan bisnis yang lebih tinggi terlihat jelas awal pekan ini dalam survey terhadap para eksekutif keuangan di seluruh Amerika. Tim periset pada Lembaga Akuntan Publik Bersertifikat Amerika mensurvey lebih 1.300 manajer keuangan penting, termasuk Jim Morrison, Direktur Keuangan Teknor Apex, perusahaan plastik di Pawtucket, Rhode Island.

Menurutnya, perusahaan-perusahaan selama ini enggan menerima pegawai baru dan justru memaksakan produktifitas yang lebih besar pada pegawainya yang ada.

“Tidak ada perusahaan yang mau menerima pegawai sebelum benar-benar yakin bahwa pemulihan ekonomi bertahan lama, karena mereka tidak mau mempekerjakan orang baru dan kemudian terpaksa mem-PHKnya sewaktu krisis tiba,” ujar Jim Morrison.

Meskipun prospek ekonomi membaik, 12,8 juta orang di Amerika secara resmi masih menganggur. Aparna Mathur, ekonom American Enterprise Institute, mengatakan keadaan lapangan kerja itu sebenarnya lebih buruk dari angka pengangguran yang menjadi kepala berita.

Delapan juta orang lainnya mencari pekerjaan penuh waktu, tapi, kata Mathur, mereka hanya mendapat pekerjaan paruh-waktu. Sejuta penganggur lagi sudah begitu patah semangat sehingga tidak lagi mencari pekerjaan, dan yakin tidak ada lowongan bagi mereka. Orang-orang semacam ini secara resmi tidak dihitung sebagai penganggur kecuali jika mereka telah mencari pekerjaan dalam empat pekan ini.

Aparna Mathur mengatakan, “Bila kita masukkan semua orang itu, para pekerja temporer dan pekerja paruh waktu, angka pengangguran sekarang bisa mencapai 14,9 persen.”

Mathur menegaskan angka tersebut dua kali lipatnya angka pengangguran resmi. Ia menambahkan selain masalah jutaan penganggur atau mereka yang bekerja paruh waktu, resesi saat ini membuat para penganggur terus menganggur dalam waktu lebih lama dibanding berbagai resesi sebelumnya.

Empat dari 10 penganggur belum mendapat pekerjaan selama 27 pekan atau lebih, dan merugikan peluang mereka untuk mendapat pekerjaan baru karena keterampilan kerja mereka yang tak digunakan memburuk.

Tidak peduli bagaimana cara kita membantu penganggur dan mengukur angka pengangguran, ekonomi Amerika bisa menghadapi sejumlah masalah dalam beberapa bulan mendatang. Para pakar mengemukakan keprihatinan mengenai kenaikan harga BBM yang bisa mengurangi pengeluaran untuk barang-barang lain, bersama-sama dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di Tiongkok, atau resesi di Eropa yang bisa mengurangi permintaan bagi produk ekspor buatan Amerika.