Tokoh Reformis Mesir Mohamed ElBaradei mengatakan ia akan mencalonkan diri untuk menjadi presiden dalam pemilu yang akan diadakan tahun ini.
Ucapan ElBaradei kepada sebuah stasiun televisi swasta, Rabu, merupakan pertama kalinya ia dengan lugas menyatakan pencalonan dirinya untuk jabatan presiden sejak mantan Presiden Hosni Mubarak digulingkan bulan lalu.
Mantan Ketua Badan Pengawas Nuklir PBB (IAEA) ini juga meminta kepada penguasa militer Mesir agar menangguhkan atau membatalkan referendum yang direncanakan untuk tanggal 19 Maret mengenai amandemen undang-undang dasar, dengan mengatakan ia akan memberi suara yang menentangnya.
Amandemen yang diusulkan hendak membatasi masa jabatan presiden Mesir hanya untuk dua periode jabatan empat tahun. Amandemen tersebut juga hendak mengizinkan golongan independen dan anggota oposisi untuk mencalonkan diri untuk jabatan presiden, yang tidak mungkin pada masa kekuasaan rezim Mubarak. Tetapi, ElBaradei, usia 68 tahun, mengatakan perubahan tersebut tidak membatasi kekuasaan presiden atau memberi cukup waktu bagi partai-partai politik untuk terbentuk, dan menetapkan pemilu parlemen terlalu cepat.
Pemenang Hadiah Nobel perdamaian tahun 2005 ini telah menyarankan agar undang-undang dasar baru disetujui, yang disusul dengan pemilihan presiden, lalu pemilu anggota parlemen.
Sejumlah warga Mesir telah mengecam rencana tentara untuk mengadakan pemilu parlemen dalam waktu 6 bulan yang disusul dengan pemilihan presiden. Sebagian mengatakan ini memberi terlalu sedikit waktu untuk membentuk organisasi partai yang memberi kelebihan bagi sisa-sisa Partai Demokrat Nasional Mubarak dan Persaudaraan Muslim Islamis.
Wawancara ElBaradei diudarakan pada hari yang sama dengan bentrokan antara beberapa penyerang bersenjatakan pisau dan golok dengan demonstran pro-demokrasi di Kairo.