Serangan-serangan atas empat kapal tanki minyak di perairan Uni Emirat Arab telah memicu ketakutan akan pecahnya perang dengan Iran. Beberapa analis Arab menuduh Iran bertanggung-jawab atas serangan yang terjadi hari Minggu (12/5) itu. Tapi Iran menyerukan supaya diadakan “penyelidikan lebih lanjut” tentang peristiwa itu.
Media Arab menyiarkan video amatir yang menunjukkan apa yang disebut kapal tanki minyak Saudi yang sedang terbakar hebat di pelabuhan Fujairah, di Emirat Arab Persatuan hari Minggu. Pejabat emirat mengatakan empat kapal tanki rusak.
Menteri negara urusan luar negeri Anwar Gharghash mengatakan telah terjadi “tindakan sabotase atas keempat kapal itu” di perairan Uni Emirat Arab.
Khalid al-Falih, menteri perminyakan Saudi mengatakan dua kapal tanki milik Saudi rusak berat dalam apa yang disebutnya “serangan sabotase.” Ia menambahkan tidak ada korban jiwa, dan tidak ada minyak yang tumpah ke laut. Khalid al Falih mengatakan serangan itu dilakukan untuk menggerogoti keamanan pasokan minyak bagi pelanggan di seluruh dunia.
Liga Arab, Dewan Kerjasama Teluk Persia, Mesir, Bahrain dan Jordania mengutuk serangan itu dan menyatakan dukungan serta solidaritas bagi Uni Emirat Arab.
Sejumlah analis Arab menuduh Iran melakukan serangan itu. Issam al Malakawi, analis Saudi mengatakan bahwa “Iran melacurkan serangan di Fujairah itu untuk meningkatkan semangat rakyat Iran yang sedang terkena dampak sanksi ekonomi Amerika. Tapi, tambahnya, “Iran tidak sadar bahwa ia sedang bermain api, yang bisa meledak menjadi konflik yang lebih besar.”
Abbas Mousaavi, jurubicara kementerian LN Iran menyerukan diadakan penyelidikan lebih lanjut atas hal itu dan memperingatkan ada kemungkinan peristiwa itu merupakan komplotan orang-orang yang belum diketahui untuk menciptakan kekacauan di kawasan itu.
Khattar Abou Diab, pakar ilmu politik pada Universitas Paris mengatakan kawasan Teluk Persia saat ini sedang berada dalam saat kritis dimana insiden bisa meningkat lebih gawat. Ia mengatakan mungkin ada orang-orang di Iran yang berusaha memprovokasi krisis dengan menggunakan tangan ketiga.
Ia mengatakan, dalam perang Teluk Persia yang pertama tahun 1984 Iran tampak sering mengambil sikap yang provokatif terhadap negara tertentu di Teluk Persia, dan melancarkan serangan atas kapal-kapal yang berlayar di perairan internasional, untuk menunjukkan kehadiran mereka dan mengirim pesan kepada pihak-pihak yang berusaha mengganggu ekspor minyaknya.
Abou Diab mengatakan, ada kemungkinan Iran melancarkan serangan dengan menggunakan agen-agennya di Suriah, Libanon atau Irak, dan tidak melancarkan serangan langsung atas negara di Teluk Persia, karena itu akan memicu pembalasan dari Amerika.
Pers Arab kini melaporkan bahwa kapal induk Amerika USS Lincoln telah melewati Selat Bab el Mandeb, di lepas pantai Yaman, dalam perjalanan ke Teluk Persia. Pemerintah Amerika juga telah mengirim satuan pembom B-52 ke pangkalan udara Udeid di Qatar. (ii)