4 Negara Mungkin Ikut Koalisi Pimpinan AS Serang Suriah

Presiden AS Donald Trump dan PM Inggris Theresa May dalam KTT G20 di Hamburg, Jerman Juli tahun lalu. Dalam beberapa hari ini May telah berulang kali berbicara dengan Trump mengenai penegakan "larangan penggunaan senjata kimia".

Amerika sedang mengupayakan pembentukan koalisi internasional untuk merespon serangan yang dicurigai senjata kimia dan menewaskan puluhan orang pekan lalu di desa Suriah yang dikuasai pemberontak.

Perdana Menteri Theresa May mengindikasikan Inggris bersedia berpartisipasi dalam serangan pimpinan Amerika terhadap Suriah. May menggelar rapat kabinet darurat hari Kamis guna membahas masalah itu. Anggota parlemen yang beroposisi menginginkan May meminta persetujuan parlemen sebelum Inggris ikut dalam aksi militer apapun.

Namun, beberapa laporan menyebutkan, May tidak berniat menggelar rapat sebelum anggota parlemen kembali dari reses Paskah hari Senin.

Pekan ini, May mengatakan "semua indikasi" menunjukkan Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggungjawab atas dugaan serangan senjata kimia di kota Douma itu.

Dalam beberapa hari ini May telah berulang kali berbicara dengan Presiden Amerika Donald Trump tentang apa yang dikatakannya perlunya "menegakkan larangan penggunaan senjata kimia di seluruh dunia."

Baca juga: Trump: Keputusan Serang Suriah akan Dibuat 'Segera'

Di Perancis, Presiden Emmanuel Macron yang bertekad merespon "tegas" Suriah, hari Kamis (12/4) mengatakan, memiliki bukti bahwa pemerintah Assad bertanggung jawab atas serangan itu.

"Kami memiliki bukti bahwa senjata kimia digunakan pekan lalu, setidaknya klorin, dan bahwa bahan itu digunakan oleh rezim Bashar al-Assad," ujar Macron kepada televisi Prancis, TF1.

Macron tidak mengungkap bukti yang dimilikinya tetapi menekankan Prancis setiap hari berkomunikasi dengan pemerintah Trump dan bahwa mereka akan merespon "pada saat yang kami tentukan, manakala kami menilai respon itu paling tepat dan paling efektif."

Macron mengatakan tindakan apapun harus mengandung pesan bahwa pemerintah manapun tidak boleh menggunakan senjata kimia tanpa dikenakan hukuman; tetapi ia memperingatkan, tindakan apapun yang diambil hendaknya tidak menambah panas konflik Suriah atau membahayakan stabilitas regional.

Kanselir Jerman Angela Merkel hari Kamis mengatakan Jerman tidak akan ikut dalam kemungkinan tindakan militer terhadap Suriah.

"Tetapi kami mengakui dan mendukung bahwa harus dilakukan tindakan guna memberi pesan bahwa penggunaan senjata kimia ini tidak bisa diterima," ujar Merkel. Itu mencakup, ujar Merkel, dukungan Jerman bagi misi pencari fakta internasional Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, yang akan segera dikirim ke Douma.

Merkel juga menyimpulkan, ada "bukti kuat" Assad melakukan serangan itu.

Sementara itu, Turki mengirim pesan berbeda-beda tentang respon yang dipimpin Amerika di Suriah.

Awalnya, juru bicara presiden mengatakan "rezim Suriah harus menerima balasan" atas insiden Douma; tetapi, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan Amerika dan Rusia seharusnya mengakhiri "pertempuran jalanan" mereka mengenai Suriah.

Turki, yang juga anggota NATO, mendukung pemberontak di Suriah yang hendak menggulingkan Assad. Tetapi Turki juga mengerahkan pasukannya di wilayah Afrin, Suriah utara, sebagai bagian dari kampanye melawan militan Kurdi Suriah yang dianggapnya teroris. Serangan itu menimbulkan ketegangan dengan Amerika, yang mengandalkan pejuang Kurdi untuk membantu mengenyahkan ISIS dari sebagian besar wilayah Kurdi. [ka/al]