Energi Surya dan Angin Tawarkan Alternatif Lain dari Bendungan di Mekong

Bendungan di kawasan Mekong (foto: dok).

Pendukung energi terbarukan di Amerika mengacu kepada biaya yang semakin besar dalam mempergunakan bahan bakar. Pakar di sebuah lembaga kajian Amerika juga punya pesan sama untuk negara-negara di kawasan Mekong yang mempertimbangkan perluasan bendungan hidro dan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Banyak peluang ekonomi dan teknologi bermunculan untuk memperbaiki dan melakukan diversifikasi energi di kawasan Mekong, demikian laporan dari Stimson Center, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Washington DC.

Penulis laporan ini, Brian Elyler, mengatakan pemerintah di kawasan itu sebaiknya mengkaji kembali master plan energi mereka agar tidak tertinggal.

“Momennya bagus untuk menghela nafas sebentar. Pesan kami bukannya menghentikan perencanaan atas sektor energi, tetapi coba tengok kecenderungan baru yang muncul,” kata Elyler.

Teknologi baru punya dampak lingkungan dan sosial lebih kecil dibandingkan bendungan hidro skala besar dan pembangkit listrik batubara. Dan juga dari segi ekonomi, lebih realistis, kata Courney Weatherby, yang ikut dalam penelitian ini. Dia mencatat, teknologi energi surya dan angin sekarang lebih murah dan efisien, dibandingkan energi yang dihasilkan proyek bendungan hidro yang direncanakan untuk sungai Mekong dan anak-anak sungainya.

“Kalau Anda punya energi surya dalam beberapa tahun ke depan seharga 6 sen per kilowatt jam, maka bendungan-bendungan yang merusak lingkungan ini tidak masuk akal lagi untuk dibangun,” ujar Weatherby.

Tetapi setengah dari kebutuhan energi Kamboja sekarang diperoleh dari tenaga air, dan juru bicara Kementerian Lingkungan Sao Sopheap mengatakan, pemerintah sedang melakukan studi dampak lingkungan menyeluruh atas bendungan serta akan menanggapi dampak negatifnya.

Menurut Sopheap, energi yang dihasilkan oleh banyak sumber dan energi air dari bendungan merupakan energi terbarukan yang berpotensi di Kamboja.

Meskipun pemerintah Kamboja memfokuskan pada bendungan, proyek energi alternatif di sana melangkah maju dengan dukungan donor dan RT-RT pedesaan juga semakin mengenal teknologi energi surya yang terjangkau.

In Boy adalah salah satu dari ribuan penduduk desa Kamboja yang telah memasang panel surya.

Ia mengatakan bahwa menunggu energi listrik terlalu lama, jadi dia memutuskan membeli energi surya. Katanya, hidup sangat membosankan kalau tidak ada listrik dan penduduk di daerah-daerah lain juga berupaya memilikinya.

Pakar Stimson Center mengatakan, sementara Kamboja dan negara kawasan Mekong lainnya memperluas sumber-sumber listrik mereka lewat teknologi baru dan investasi, juga ada peluang untuk meningkatkan efisiensi transmisi, meningkatkan perdagangan energi lintas perbatasan, serta memperluas koneksi listrik di daerah pedesaan. [jm]