Para pemimpin Jerman, Prancis dan Ukraina telah mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengabaikan hasil pemilu yang diselenggarakan oleh para separatis yang didukung Rusia yang akan diadakan hari Minggu di Ukraina timur.
Keempat pemimpin itu, Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Presiden Prancis Francois Hollande, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Putin berbicara dalam telepon konferensi hari Kamis (30/10) tidak lama setelah Rusia dan Ukraina mencapai kesepakatan mengenai pasokan gas alam yang dimediasi Uni Eropa.
Separatis yang menguasai sebagian wilayah Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur mengadakan pemilu bagi pemimpin dan badan legislatif di wilayah yang mereka kuasai.
Uni Eropa dan AS telah menyebut pemilu yang direncanakan para pemberontak itu sebagai ilegal, mengatakan itu melanggar konstitusi Ukraina dan perjanjian gencatan senjata yang dicapai 5 September antara separatis dan pemerintah Ukraina.
Rusia telah mengatakan akan mengakui hasil pemilu separatis itu.
Meski ada perjanjian gencatan senjata, beberapa insiden terpisah yang melibatkan senjata api terus berlanjut di Ukraina timur. Pertempuran di wilayah itu telah merenggut lebih dari 3.700 nyawa.
Menyusul pengumuman hari Kamis bahwa Moscow dan Kyiv telah sepakat untuk memulai kembali pengiriman gas Rusia ke Ukraina, Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk mengatakan akan membahas diakhirinya pengiriman gas ke wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina utara dengan Presiden Petro Poroshenko.
Separatis pro-Rusia yang menguasai sebagian Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur akan mengadakan pemilu hari Minggu (2/11).