Etnis Minoritas Myanmar Bergabung dalam Protes Menentang Kudeta Militer

Komunitas dari etnis Entha memegang plakat dalam aksi protes menentang kudeta militer di Danau Inle, Taunggyi, Myanmar, Kamis, 11 Februari 2021.

Para anggota etnis minoritas Myanmar yang kerap mengalami persekusi, Kamis (11/2) bergabung dalam protes nasional yang kian berkembang dan kini memasuki hari keenam, menentang penggulingan pemerintah sipil oleh militer.

Para anggota etnis Karen, Rakhine dan Kachin itu berpartisipasi dalam pawai massal melalui jalan-jalan Yangon dengan mengenakan baju warna-warni asal daerah mereka. Militer Myanmar telah menarget kelompok-kelompok etnis di negara itu selama puluhan tahun dalam upaya menghancurkan tuntutan mereka bagi otonomi yang lebih besar.

Protes-protes itu berlangsung sementara junta militer terus memperkuat cengkeramannya terhadap kekuasaan, lebih dari sepekan setelah menggulingkan pemimpin de facto, Aung San Suu Kyi. Salah seorang pembantu dekatnya, Kyaw Tint Swe, termasuk di antara beberapa anggota partainya Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), yang dibawa pasukan keamanan dari kediaman mereka Rabu malam dan ditahan.

Para demonstran berpakaian etnis Chin menunjukkan simbol perlawanan tiga jari saat berlangsungnya aksi protes terhadap kudeta militer baru-baru ini di Yangon, Myanmar, Kamis, 11 Februari 2021.

Pimpinan komisi pemilu Myanmar juga dilaporkan telah ditahan. Komisi itu menolak klaim militer mengenai kecurangan meluas dalam pemilu November lalu, yang dimenangkan NLD secara meyakinkan. Penahanan ini berlangsung sehari setelah militer menggeledah kantor-kantor pusat NLD di Yangon.

Militer telah menggunakan klaim kecurangan pemilu sebagai pembenaran bagi kudeta 1 Februari yang kemudian diikuti penahanan Suu Kyi dan para anggota senior pemerintah sipil. Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta, hari Senin lalu menjanjikan dalam pidato yang ditayangkan secara nasional di televisi bahwa pemilu baru akan diadakan untuk mewujudkan “demokrasi yang sesungguhnya dan disiplin,” tetapi tidak merinci kapan pemilu akan berlangsung.

Militer telah menetapkan keadaan darurat selama setahun. Suu Kyi, yang dikenai tahanan rumah di kediaman resminya di ibu kota, Naypyitaw, menghadapi tuduhan mengimpor dan menggunakan secara ilegal enam radio walkie-talkie tak terdaftar yang ditemukan dalam penggeledahan di rumahnya.

Komunitas etnis Entha memegang plakat saat berpartisipasi dalam aksi protes menentang kudeta militer di Danau Inle, Taunggyi, Myanmar, Kamis, 11 Februari 2021.

Puluhan ribu demonstran telah memenuhi jalan-jalan kota-kota terbesar Myanmar, membangkang jam malam yang ketat dan larangan berkumpul lebih dari empat orang. Mereka membawa poster yang memuat slogan-slogan prodemokrasi, kebanyakan disertai foto-foto Suu Kyi. Massa terdiri dari para pegawai negeri, personel medis, pegawai kereta api, guru dan pekerja dari berbagai sektor lain yang melakukan mogok kerja.

Pasukan keamanan semakin agresif terhadap demonstran, dengan melepaskan tembakan peringatan, peluru karet dan meriam air dalam upaya membubarkan mereka. Sedikitnya dua orang tertembak peluru tajam awal pekan ini di Naypyitaw.

Dewan HAM PBB akan mengadakan sidang khusus hari Jumat untuk membahas krisis di Myanmar. [uh/ab]