Perusahaan farmasi Jerman, BioNTech, hari Senin (18/12) mengatakan pihaknya telah menyelesaikan langkah penting dalam pendirian pusat produksi vaksin pertamanya di Afrika, yang bertujuan untuk meningkatkan akses ke suntikan mRNA di benua tersebut.
Perusahaan farmasi tersebut mengatakan, telah mendirikan unit produksi untuk membuat vaksin guna memberi perlindungan terhadap berbagai penyakit di Afrika.
Fasilitas di ibu kota Rwanda, Kigali, terbuat dari kontainer pengapalan daur ulang dan berdiri di atas lahan seluas 35 ribu meter persegi atau 8,6 hektar.
BioNTech, yang mengembangkan dan memasarkan vaksin untuk virus corona bersama dengan perusahaan farmasi AS Pfizer, mengatakan pihaknya memperkirakan akan menyelesaikan pembangunan pabrik tersebut pada 2024 dan mulai beroperasi pada tahun berikutnya.
BACA JUGA: CDC akan Keluarkan Rekomendasi tentang Suntikan Booster COVID-19 yang DiperbaruiProyek senilai AS $150 juta ini, yang dimulai pada Juni tahun lalu, menandai upaya multi-lembaga untuk menghindari terulangnya ketergantungan besar Afrika pada vaksin impor, yang terpapar saat pandemi Covid-19.
“Konsensus awalnya adalah bahwa vaksin mRNA, bahkan tidak dapat diberikan di Afrika. Katanya terlalu rumit untuk sistem kesehatan kita,” kata Presiden Rwanda Paul Kagame, pada sebuah upacara yang dihadiri oleh Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan pejabat lainnya. .
“Saat kami memulai upaya untuk memproduksi vaksin di benua ini, kami diberitahu bahwa dibutuhkan waktu minimal 30 tahun. Itu semua salah. Hal ini mungkin dilakukan, dan perlu,” kata Kagame.
BioNTech mengatakan, pihaknya berencana mempekerjakan sekitar 100 staf lokal, ketika pabrik sudah sepenuhnya beroperasi, dan melatih mereka dalam membuat sejumlah vaksin baru menggunakan teknologi mRNA terbaru.
Pandemi Covid-19 menjadi kesempatan uji coba penting bagi teknologi mRNA yang masih baru, yang menunjukkan bagaimana vaksin yang aman dan efektif, dapat dibuat dengan sangat cepat, dibandingkan dengan vaksin tradisional yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Rwanda akan mendistribusikan vaksin tersebut ke blok Uni Afrika yang beranggotakan 55 negara.
Pusat vaksin mRNA pertama di Afrika diluncurkan pada April di kota Cape Town, Afrika Selatan.
Didirikan dengan dukungan Organisasi Kesehatan Dunia, proyek Cape Town dijalankan oleh perusahaan biofarmasi Afrika Selatan Biovac, perusahaan bioteknologi Afrigen, dan Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan.
Pusat produksi ini memiliki potensi untuk memperluas kapasitas produksi vaksin dan produk lain, seperti insulin untuk mengobati diabetes, obat-obatan kanker, dan mungkin, vaksin untuk penyakit seperti malaria, tuberkulosis, dan HIV. [ns/jm]
Your browser doesn’t support HTML5