Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mencabut perintah gencatan senjata, setelah gerilya komunis menewaskan seorang milisi pemerintah dan gagal memberlakukan gencatan senjata dari pihaknya, sebelum batas waktu hari Sabtu (30/7) yang diberikan oleh Duterte.
Rodrigo Duterte memerintahkan semua pasukan pemerintah dalam siaga tinggi dan “terus melakukan fungsi normal dan mandate mereka untuk menetralkan semua ancaman terhadap keamanan nasional, melindungi warga, menegakkan undang-undang dan memelihara perdamaian di tanah air.”
Duterte memberlakukan gencatan senjata pemerintah hari Senin (25/7) sebagai tanda terbaru hubungannya yang kuat dengan pemberontak Maoist. Namun, dua hari kemudian, pemberontak menewaskan seorang tentara pemerintah dan melukai empat lainnya di provinsi Davao del Norte, Filipina selatan.
Insiden itu menimbulkan kemarahan Duterte, yang memberi waktu kepada pemberontak sampai pukul 5 petang hari Sabtu untuk memberlakukan gencatan senjata dari pihak pemberontak komunis itu. [gp]