Pemimpin Libya Moammar Gaddafi mendesak pendukungnya agar bangkit dan melawan pemberontak yang berusaha menggulingkannya dari kekuasaan.
Dalam siaran audio singkat hari Kamis, dia menggambarkan para penentangnya sebagai “tikus.” Dia juga mencela negara-negara asing atas keterlibatan mereka dalam konflik di negara itu.
Pidato itu disampaikan ketika baku tembak sengit meletus antara pasukan pro-Gaddafi dan pemberontak di sedikitnya dua wilayah ibukota, Tripoli.
Pertempuran sengit terjadi di perkampungan Abu Salim, kubu pro-Gaddafi. Pemberontak mengadakan penggerebekan di perkampungan itu untuk mencari para loyalis Gaddafi. Sebelumnya, hari Kamis, para saksi mata melaporkan telah mendengar rentetan tembakan di luar hotel Corinthia, di mana banyak wartawan asing menginap.
Pejuang oposisi telah membanjiri Tripoli untuk memerangi sisa-sisa perlawanan pro-Gaddafi. Mereka juga bergerak maju menuju Sirte, kota asal Gaddafi, sekitar 400 kilometer dari Tripoli.
Sementara itu, Kepala Dewan Transisi Nasional Libya meneruskan perjalanannya ke negara-negara Eropa Kamis dengan harapan dapat mencairkan miliaran dolar aset Libya yang dibekukan. Mahmoud Jibril bertemu dengan Perdana Menteri Silvio Berlusconi di kota Milan, Italia hari ini, sehari setelah ia bertemu Presiden Prancis Nicolas Sarkozy hari Rabu.
Ketika di Perancis Rabu, Jibril mengatakan "pertempuran lebih besar, lebih sengit" dalam membangun kembali Libya belum dimulai. Ia mendesak pemerintah Perancis untuk melepaskan aset Libya yang dibekukan sesegera mungkin, dan mengatakan dia berharap krisis ini bisa menjadi awal dari kemitraan strategis dengan bangsa Eropa.
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy berjanji ia akan mendukung misi NATO di Libya untuk melindungi warga sipil selama diperlukan. Sebelumnya, Sarkozy mengatakan dia telah mengundang para pemimpin dunia dari negara-negara yang menganggap dirinya "teman dari Libya" untuk bertemu di Paris pada tanggal 1 September untuk mendiskusikan masa depan Libya.
Secara terpisah, Dewan Keamanan PBB sedang bersiap-siap untuk memungut suara mengenai resolusi yang akan mencairkan sekitar 1,5 miliar dolar aset Libya untuk kebutuhan kemanusiaan yang mendesak.