Kelompok ini dimotori oleh Muhammad Syifan Ahmadin, seorang dosen ilmu ekonomi di Universitas Sullivan, Lexington, negara bagian Kentucky. Yang unik dari kelompok gamelan ini adalah anggotanya yang kebanyakan merupakan anak Indonesia generasi kedua yang lahir dan besar di Amerika.
"Saya kira, biar mereka tidak melupakan warisan nenek moyangnya di Indonesia sehingga dia merasa memiliki gamelan ini sebagai part of their life," jelas Ahmadin kepada VOA.
Ahmadin menyebut, dirinya tidak menemui kesulitan dalam mengajarkan gamelan pada anak-anak ini.
Adapun kelas gamelan diadakan di tempat tinggalnya.
"Karena kita hanya perlu melihat angka-angkanya lalu menyesuaikan kapan harus berhenti da mulai bermain," ujar Raida Utomo, selaku anggota gamelan "Swara Jagad".
Your browser doesn’t support HTML5
Sedangkan anggota lain, Noval Fauzi, mengaku tertarik untuk belajar gamelan karena musiknya yang berbeda dengan alat musik pada umumnya.
"Gamelan terlihat menyenangkan dan saya ingin belajar memainkannya karena ini berbeda dengan alat musik lainnya," komentar Noval.
Selain anak-anak, mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas Kentucky juga banyak yang mengikuti kelas gamelan Ahmadin.
"Berhubung saya orang Sumatra juga dan belum pernah main gamelan sebelumnya, yang jelas menambah pengetahuan tentang tradisi Indonesia juga," ujar Heru Siswanto, anggota "Swara Jagad" dari kalangan mahasiswa.
Tak hanya mendekatkan anak-anak Indonesia di Lexington pada kesenian tradisional Indonesia, tapi gamelan "Swara Jagad" juga ikut mempromosikan Indonesia kepada publik Amerika lewat tampil pada acara malam budaya internasional di sekolah-sekolah.
"Saya kira sangat dihargai sekali, waktu itu kita pernah tampil di kebun binantang, walaupun tidak pakai reog namun mereka sangat menghargai," demikian Ahmadin.