Gedung Putih Bermitra dengan Amazon, Google, Best Buy untuk Ciptakan Label Aman Serangan Siber

ILUSTRASI - Pemerintah AS akan mengumumkan program sertifikasi dan pelabelan baru "US Cyber Trust Mark" untuk meningkatkan standar keamanan siber di seluruh perangkat pintar seperti lemari es, microwave, televisi, AC dan pencatat kebugaran. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration)

Gedung Putih bersama-sama dengan perusahaan seperti Amazon.com Inc, perusahaan induk Google Alphabet dan Best Buy, hari Selasa (18/7) dijadwalkan mengumumkan prakarsa yang memungkinkan warga Amerika mengidentifikasi perangkat yang tidak terlalu rentan dari serangan siber.

Suatu program sertifikasi dan pelabelan baru akan meningkatkan standar keamanan siber di seluruh perangkat pintar seperti lemari es, microwave, televisi, sistem pengatur suhu dan pencatat kebugaran, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Perusahaan ritel dan produsen akan membubuhkan label “US Cyber Trust Mark” ke perangkat mereka dan program itu akan mulai berjalan pada tahun 2024.

Prakarsa ini dirancang untuk memastikan bahwa “jaringan kita dan penggunaannya lebih aman, karena ini sangat penting bagi ekonomi dan keamanan nasional,” kata seorang pejabat senior yang tidak ingin disebut namanya.

Komisi Komunikasi Federal akan meminta pendapat publik sebelum meluncurkan program pelabelan dan mendaftarkan merek dagang nasional ke Kanter Paten dan Merek Dagang AS, kata Gedung Putih.

Perusahaan ritel dan produsen lainnya yang berpartisipasi dalam program ini mencakup LG Electronics U.S.A., Logitech, Cisco Systems dan Samsung.

Pada Maret lalu, Gedung Putih meluncurkan strategi siber yang meminta para produsen perangkat lunak dan perusahaan-perusahaan agar memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar untuk memastikan sistem mereka tidak dapat diretas.

Ini juga mempercepat upaya-upaya oleh berbagai lembaga seperti FBI dan Departemen Pertahanan untuk mengacaukan aktivitas kelompok-kelompok peretas dan ransomware di seluruh dunia.

Pekan lalu, Microsoft dan pejabat AS mengatakan para peretas terkait pemerintah China diam-diam mengakses akun email sekitar 25 organisasi, termasuk setidaknya dua lembaga pemerintah AS, sejak Mei. [uh/ab]