Gempa Aceh Tewaskan Paling Sedikit 13 Orang

  • Budi Nahaba

Para korban luka-luka akibat gempa mendapatkan perawatan medis di sebuah pusat penampungan di Bener Meriah, provinsi Aceh, Selasa (2/7).

Para petugas pemerintah dan relawan kemanusiaan di Aceh mengatakan hingga Rabu dini hari (3/7), data sementara terdapat 13 warga meninggal dunia akibat gempa hari Selasa sore.
Survei Geologi Amerika mengatakan gempa berkekuatan 6,2 skala Richter hari Selasa (2/7) melanda kawasan itu pukul 4:37 sore waktu lokal. Gempa berpusat di bawah tanah, sekitar 55 kilometer selatan kota Bireun dengan kedalaman yang cukup dangkal pada 10 kilometer.

Pihak berwenang mengatakan gempa itu merusak ratusan rumah dan memicu tanah longsor di distrik Bener Meriah dan Aceh Tengah. Tim SAR masih mencari orang yang terperangkap dibawah reruntuhan.

Survei Geologi Amerika mengatakan dua gempa susulan berkekuatan 5,2 dan 5,3 mengguncang kawasan itu enam hingga delapan jam setelah gempa pertama.

Para petugas pemerintah dan relawan kemanusiaan di Aceh mengatakan hingga Rabu dini hari (3/7), data sementara terdapat 13 warga meninggal dunia akibat gempa, sebagian besar korban merupakan warga kabupaten Bener Meriah yang terletak di kawasan pergunungan di wilayah tengah provinsi Aceh.

Tim Sukarelawan Kemanusiaan dan Bantuan Komuniaksi dari Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) TAF Haikal mengatakan di Banda Aceh, jumlah korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan diperkirakan terus bertambah akibat gempa.

Haikal mengatakan, “Data sementara sekitar pukul 22.00 WIB Selasa malam , 13 meninggal dunia, sekitar 120 lebih dirawat di wilayah Ketol Bener Meriah satu masjid rubuh , dan gempa susulan masih terjadi.”

TAF Haikal mengatakan , pihaknya dalam mendistribusikan data korban telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan Banda SAR. Tambah TAF Haikal, evakuasi dan pendataan terkendala hujan yang mengguyur beberapa wilayah tengah Aceh, namun hambatan komunikasi diatasi dengan melibatkan relawan RAPI lintas kabupaten dan SAR sehingga dapat membantu petugas pemerintah dan sukarelawan berbagai organisasi mengakses korban dan lokasi gempa yang diperkirakan cukup luas, utamanya untuk kegiatan evakuasi dan kedaruratan lainnya.

Puluhan gempa susulan terus terjadi dan dirasakan warga Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Salah seorang warga , korban gempa Arwani Abdul Muthalib (44) kini mengungsi di sekitar lokasi gempa, berada di rumah keluarga yang lebih aman.

“Tidak semua jalan terputus, beberapa jalan hanya bisa dilalui kenderaan bermotor roda dua, mobil payah. Diperkirakan korban lain empat belas anak merupakan santri yang sedang mengaji jadi korban akibat mesjid runtuh di Blang Mancung. Gempa kuat yang kami rasakan sekitar enam kali. Kami sementara mengungsi di rumah keluarga yang lebih aman,” kata Arwani.

Sebelumnya dilaporkan, gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter yang menggoyang Aceh, Selasa siang (2/7), menyebabkan ratusan rumah dan sarana jalan menuju Bener Meriah dan Aceh Tengah, dua wilayah kabupaten di kawasan pegunungan tengah Aceh itu, rusak.

Pejabat kabuaten mengatakan, sementara terdata 25 warga terluka dalam bencana tersebut dan sudah dilarikan ke rumah sakit. Pejabat berwenang mengatakan, beberapa warga yang tewas ditemukan di bawah reruntuhan bangunan dan longsoran bukit.

Menurut pakar, Gempa Aceh yang berpusat di Kabupaten Bener Meriah terjadi akibat pergeseran lempeng Sumatera. Gempa Aceh tidak terkait dengan aktivitas gunung berapi Burne Telong yang berada di dataran tinggi Gayo itu.

Pakar Geologi, Faisal Ardiansyah dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, mengatakan, gempa di Bener Meriah merupakan gempa tektonik dari segmen patahan Sumatera atau patahan Semangko. Gempa tersebut gempa darat yang bukan disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Burni Telong yang ada di kawasan Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

Pulau Sumatra rentan dilanda gempa karena lokasinya yang dekat patahan-patahan bumi yang mengitari Samudera Pasifik. Gempa besar tahun 2004 di lepas pantai Aceh memicu tsunami yang menewaskan lebih dari 200.000 orang di sejumlah negara di Samudera Hindia. Sebagian korban tewas adalah di Aceh.