Gencatan Senjata di Gaza Gagal Dipatuhi, 30 Warga Palestina Tewas

Warga Palestina melarikan diri dari rumah mereka sewaktu tank Israel menggempur kota Rafah di Jalur Gaza 1 Agustus 2014.

Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas tampaknya akan gagal hanya beberapa jam setelah mulai diberlakukan hari Jumat, sewaktu tank-tank Israel menggempur Jalur Gaza bagian selatan dan militan Palestina menembakkan roket ke Israel.

Para pejabat di Jalur Gaza mengatakan sedikitnya 30 orang Palestina tewas di kota Rafah, di bagian Selatan, di mana bentrokan hebat dilaporkan berlangsung hanya dua jam setelah gencatan senjata diberlakukan. Suara sirene juga terdengar di kota Kerem Shalom, Israel Selatan, kemungkinan karena tembakan roket oleh militan Palestina.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melansir pernyataan yang menuding militan Gaza terang-terangan melanggar gencatan senjata yang seharusnya berlangsung tiga hari. Pernyataan itu tidak merinci lebih jauh.

Koresponden VOA Scott Bobb yang berada di Gaza mengatakan kedua pihak memperkokoh posisi mereka dan tampaknya pertempuran tidak akan segera berakhir.

Delegasi Israel dan Palestina semula diperkirakan menuju Cairo untuk melakukan pembicaraan mengenai perselisihan antara Israel dan Hamas. Para pejabat Amerika juga akan bergabung dalam perundingan itu. Kini tidak jelas apakah pembicaraan itu jadi berlangsung.

Pertempuran selama hampir empat pekan telah menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina, kebanyakan warga sipil. Tiga warga sipil dan 61 tentara Israel juga tewas.

Para pemimpin Israel telah mendesakkan demiliterisasi Hamas, yang telah menembakkan ribuan roket ke wilayah Israel dalam beberapa pekan belakangan. Kelompok Islamis itu menginginkan diakhirinya blokade yang dipimpin Israel yang menyulitkan ekonomi di Gaza dan menghalangi penduduk Gaza untuk bepergian.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry hari Kamis memperingatkan bahwa gencatan senjata tersebut tidak permanen, seraya menyebutnya sebagai suatu peluang. Ia mengatakan penduduk Gaza berhak hidup dengan aman dan bermartabat, sementara kekhawatiran Israel mengenai masalah keamanan perlu diatasi.