Anak-anak Muslim di AS diajari kemampuan membaca Quran dan beramal, salah satunya dengan mengikuti acara gerakan sedekah Ramadan Quran-a-Thon.
WASHINGTON DC —
Ramadan Quran-a-Thon Sadaqah Drive atau Gerakan Sedekah Ramadan Quran-a-thon pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009 oleh blog American Muslim Mom. Menurut Ponn Sabra, penggagas Ramadan Quran-a-Thon dan pendiri blog tersebut, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini.
“Pertama untuk lebih banyak belajar, mengaji dan menghafal Quran selama Ramadan. Kedua, belajar mengenai sedekah dan memberinya atas nama peserta. Juga mengaji pada 20 hari pertama Ramadan dan bersedekah pada sepuluh hari terakhir, di mana pahalanya berlipat ganda,” kata Ponn Sabra.
Pada bulan Ramadan, peserta, yaitu anak-anak yang berusia maksimal 18 tahun, berjanji akan membaca beberapa ayat atau surat dalam Quran. Blog ini telah menyiapkan formulir penilaian yang akan diisi pengujinya.
“Setiap anak di seluruh dunia dapat mengikutinya. Peserta cukup bekerjasama dengan orangtuanya, atau guru mengaji yang akan menguji kemampuan membaca Quran mereka pada akhir Ramadan,” lanjut Ponn.
Mereka kemudian meminta teman atau anggota keluarga untuk menjadi sponsor mereka. Para sponsor kemudian menjanjikan hadiah uang untuk setiap ayat atau surat yang telah dibaca dan dipelajari. Pada akhir Ramadan, setelah uang terkumpul, peserta akan memilih organisasi atau badan-badan amal yang akan menerima sedekah dari mereka, termasuk masjid di sekitar tempat tinggal mereka.
Pada tahun pertama kegiatan ini, peserta diminta untuk membuat laporan mengenai dana yang berhasil dikumpulkan berkat upaya belajar mengaji selama Ramadan. Seluruh dana yang terkumpul kemudian disalurkan ke organisasi bantuan kemanusiaan Islamic Relief USA. Tetapi sejak tiga tahun silam, peserta dan keluarga mereka bebas untuk menyalurkan sendiri dana tersebut.
Alasannya, peserta tidak lagi hanya berasal dari Amerika dan Canada seperti pada tahun pertama pelaksanaannya. Ponn mengatakan, di antara banyak ucapan terima kasih yang diterima dari keluarga peserta, ada yang berasal dari negara-negara di kawasan Timur Jauh, termasuk Malaysia dan Indonesia.
Meskipun mengaku tidak ingat jumlah persis peserta sejak tahun pertama kegiatan ini, Ponn menyatakan setiap tahun pesertanya bertambah.
Bagaimana dengan keluarganya sendiri?
Ponn, yang juga seorang penulis buku laris, di antaranya Empowering Women to Power Network, mengaku mengawali kegiatan ini dengan mengikutkan ketiga anak perempuannya. Untuk tahun ini, dua anak tertua Ponn menetapkan target akan khatam atau membaca tuntas Quran. Keduanya telah dijanjikan sejumlah uang cukup banyak oleh ayah mereka, serta keluarga besar Ponn yang seluruhnya non-Muslim, bila berhasil memenuhi target tersebut.
“Pertama untuk lebih banyak belajar, mengaji dan menghafal Quran selama Ramadan. Kedua, belajar mengenai sedekah dan memberinya atas nama peserta. Juga mengaji pada 20 hari pertama Ramadan dan bersedekah pada sepuluh hari terakhir, di mana pahalanya berlipat ganda,” kata Ponn Sabra.
Pada bulan Ramadan, peserta, yaitu anak-anak yang berusia maksimal 18 tahun, berjanji akan membaca beberapa ayat atau surat dalam Quran. Blog ini telah menyiapkan formulir penilaian yang akan diisi pengujinya.
“Setiap anak di seluruh dunia dapat mengikutinya. Peserta cukup bekerjasama dengan orangtuanya, atau guru mengaji yang akan menguji kemampuan membaca Quran mereka pada akhir Ramadan,” lanjut Ponn.
Your browser doesn’t support HTML5
Mereka kemudian meminta teman atau anggota keluarga untuk menjadi sponsor mereka. Para sponsor kemudian menjanjikan hadiah uang untuk setiap ayat atau surat yang telah dibaca dan dipelajari. Pada akhir Ramadan, setelah uang terkumpul, peserta akan memilih organisasi atau badan-badan amal yang akan menerima sedekah dari mereka, termasuk masjid di sekitar tempat tinggal mereka.
Pada tahun pertama kegiatan ini, peserta diminta untuk membuat laporan mengenai dana yang berhasil dikumpulkan berkat upaya belajar mengaji selama Ramadan. Seluruh dana yang terkumpul kemudian disalurkan ke organisasi bantuan kemanusiaan Islamic Relief USA. Tetapi sejak tiga tahun silam, peserta dan keluarga mereka bebas untuk menyalurkan sendiri dana tersebut.
Alasannya, peserta tidak lagi hanya berasal dari Amerika dan Canada seperti pada tahun pertama pelaksanaannya. Ponn mengatakan, di antara banyak ucapan terima kasih yang diterima dari keluarga peserta, ada yang berasal dari negara-negara di kawasan Timur Jauh, termasuk Malaysia dan Indonesia.
Meskipun mengaku tidak ingat jumlah persis peserta sejak tahun pertama kegiatan ini, Ponn menyatakan setiap tahun pesertanya bertambah.
Bagaimana dengan keluarganya sendiri?
Ponn, yang juga seorang penulis buku laris, di antaranya Empowering Women to Power Network, mengaku mengawali kegiatan ini dengan mengikutkan ketiga anak perempuannya. Untuk tahun ini, dua anak tertua Ponn menetapkan target akan khatam atau membaca tuntas Quran. Keduanya telah dijanjikan sejumlah uang cukup banyak oleh ayah mereka, serta keluarga besar Ponn yang seluruhnya non-Muslim, bila berhasil memenuhi target tersebut.