Ghani izinkan Taliban Buka Kantor jika Perundingan Afghanistan Berhasil

Para delegasi menghadiri konferensi perdamaian internasional di Kabul, Afghanistan, Selasa (6/6).

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah kembali mengundang Taliban ke perundingan damai di tempat yang "disepakati bersama", dan berjanji bahwa pemberontak akan diizinkan membuka kantor perwakilan kalau ada kemajuan besar dalam perundingan.

Ghani membuat tawaran tersebut saat berbicara dalam sebuah konferensi perdamaian internasional yang diadakannya di Kabul dan dihadiri oleh negara-negara mitra regional dan internasional untuk membahas cara-cara mengakhiri konflik di Afghanistan dan meningkatkan kerja sama untuk melawan ancaman teroris regional yang dipimpin oleh ISIS.

"Kami akan setuju untuk mengadakan perundingan damai ditempat manapun yang disetujui kedua pihak, apakah di Kabul dimana kami akan memberikan jaminan atau di tempat lain. Kalau ada kesepakatan untuk membuat peta jalan perdamaian yang dapat diterima oleh kedua pihak, kami akan mengizinkan kelompok Taliban membuka kantor perwakilan sehingga kedua pihak dapat bertemu dengan aman,” kata Ghani.

Konferensi itu - yang diberi nama "Konferensi Kabul untuk Kerjasama Perdamaian dan Keamanan" - dihadiri oleh 26 negara dan organisasi-organisasi internasional. Pertemuan Ini berlangsung saat negara yang dilanda kekacauan itu menyaksikan beberapa aksi teroris terburuk dalam tahun-tahun belakangan ini dan kemajuan Taliban di medan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun 2001.

Sebuah bom yang kuat meledak di sebuah masjid utama di kota Herat, Afghanistan barat, Selasa, menewaskan paling sedikit 10 orang , dan melukai banyak lagi, kata pejabat Afghanistan.

Tidak ada pernyataan bertanggung jawab segera dan juru bicara Taliban membantah keterlibatan kelompoknya.

Pada tanggal 31 Mei, sebuah serangan bom truk besar di kawasan diplomatik Afghanistan menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai ratusan orang lainnya, termasuk warga asing.

Taliban mengatakan tidak ada hubungannya dengan ledakan tersebut, serangan paling mematikan dalam konflik yang telah berlangsung16 tahun tersebut. [sp/ii]