Sahat Farida Berlian, warga Kelurahan Limo, Depok, Jawa Barat menginisiasi pembuatan cairan penyanitasi tangan atau hand sanitizer dan masker bersama sejumlah warga sekitar. Inisiasi itu muncul seiring kelangkaan dan mahalnya harga kedua barang tersebut.
Ia juga menuturkan banyak menerima aduan dari warga yang panik karena wabah COVID-19. Karena itu, ia bersama tetangga dan teman-temannya berharap dapat memberikan bantuan kepada warga lain yang membutuhkan.
"Hand sanitizer itu mahal sekali, yang biasanya Rp10 ribu menjadi Rp21 ribuan. Naik dua kali lipat. Begitu juga dengan masker," tutur Sahat.
Sahat Farida menambahkan warga yang sakit seperti batuk dan pilek diminta tidak ikut membuat cairan pembersih tangan dan masker. Tujuannya untuk menjaga produksi tetap aman dari segi kesehatan.
Ia juga hanya membuka donasi dalam bentuk barang seperti lidah buaya, kain, dan alkohol untuk memudahkan pertanggungjawaban. Ia mengatakan tidak ada target khusus produksi setiap hari, karena tergantung dengan ketersediaan bahan baku.
"Kemarin alkohol 20 liter dicampur lidah buaya dua liter. Tapi kemarin kita punya botol dua lusin, langsung kita isi dan didistribusikan yang bantu-bantu," tambahnya.
Selain membuat cairan pembersih tangan, Sahat juga akan memproduksi 1000 masker. Produksi masker dan cairan pembersih tangan tersebut nantinya akan dibagikan oleh sejumlah warga yang bergabung dalam whatsapp grup #DepokLawanCorona. Pembagian akan dibarengi dengan edukasi tentang bahaya dan pencegahan COVID-19.
Dalam pembuatan masker, Sahat dibantu oleh pengusaha konveksi, Hendro Rahmandani yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Menurut Hendro, ia bersedia karena pembuatan masker tersebut untuk tujuan sosial. Karena itu, ia tidak membebankan ongkos produksi untuk pembuatan masker.
"Saya mengecek harga masker di pasar harganya sudah Rp7 ribu yang sekali pakai. Itu yang sekali pakai," kata Hendro.
Ia berharap produksi masker miliknya yang akan dibagikan gratis ke masyarakat dapat membantu mengurangi potensi penyebaran COVID-19. Terutama bagi warga yang kurang mampu dan bergantung pada upah harian.
Produksi cairan pembersih tangan gratis juga dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Menurut Dekan FKUI Ari Fahrial Syam, total ada 600 liter cairan penyanitasi tangan yang diproduksi pihaknya dengan biaya patungan masyarakat UI.
Your browser doesn’t support HTML5
Cairan penyanitasi tangan ini sebagian didistribusikan untuk dokter dan tenaga medis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Namun, untuk pengelolaannya sekarang diserahkan kepada Ikatan Alumni UI karena semakin banyak masyarakat yang membutuhkan.
"Yang kita buat sudah sesuai dengan rekomendasi WHO. Jadi mengandung alkohol 96 persen, campuran gliserol dan H202 serta pewangi untuk hand sanitizer ini," jelas Ari Fahrial Syam saat menggelar konferensi pers online, Jumat (20/3/2020).
Kendati demikian, Ari Fahrial mengimbau masyarakat berhati-hati dalam membuat cairan penyanitasi tangan secara mandiri karena mengandung bahan-bahan kimia. Ia beralasan perlu pengetahuan khusus dan alat takar dalam pembuatan hand sanitizer.
"Tapi saya juga mengimbau kepada institusi pendidikan yang mempunya laboratorium kimia dan farmasi. Ayo kita bantu masyarakat kita," tambahnya.
Jumlah korban meninggal karena terinfeksi COVID-19 di Indonesia mencapai 32 orang per Jumat (20/3) dari 369 kasus yang sudah dinyatakan positif. Sedangkan yang berhasil sembuh 17 orang dan 320 orang dalam perawatan. [sm/em]