Petugas pos pemantau Gunung Sinabung, Armen Putra, mengatakan awan panas guguran dari gunung api tertinggi di Sumut itu terjadi pada pukul 05.43 WIB, Jumat (14/5). Gunung Sinabung meluncurkan awan panas guguran sejauh 4.000 meter. Pada saat terjadi awan panas guguran, Gunung Sinabung juga melontarkan abu vulkanis, tetapi tidak teramati.
"Untuk hari ini memang terjadi satu kali awan panas guguran yang teramati sejauh 4.000 meter ke arah timur dan tenggara," kata Armen, Jumat (14/5) pagi.
Armen melanjutkan, Gunung Sinabung dalam kurun waktu dua hari ini rutin meluncurkan awan panas guguran. Sebelumnya, terjadi awan panas guguran sebanyak belasan kali, Kamis (13/5).
"Awan panas ini yang banyak terjadi kemarin sebanyak 13 kali yang secara beruntun. Mengakibatkan terjadinya awan panas sejauh 4.500 meter ke arah timur dan tenggara," ungkapnya.
Luncuran awan panas secara terus-menerus itu mengakibatkan terjadinya hujan abu vulkanis di sekitaran Gunung Sinabung. Bukan hanya itu, awan panas guguran juga menyebabkan terjadinya uap air di sekitar Sungai Lau Borus yang mengalir di bawah kaki gunung api tersebut.
"Kalau uap air ini pertemuan awan panas dengan sungai dan ini tidak berbahaya bagi masyarakat," ucap Armen.
Armen menjelaskan, meningkatnya aktivitas gunung yang memiliki ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu dipengaruhi karena adanya pertumbuhan kuba lava di puncak Sinabung.
"Kalau kami melihat kegempaan Gunung Sinabung hingga hari ini masih fluktuatif dalam kategori cukup tinggi. Kemungkinan juga akan diiringi dengan pertumbuhan kuba lava," jelasnya.
Terbentuknya kuba lava yang semakin membesar itu juga akan berpotensi terjadinya guguran lava di sekitaran Gunung Sinabung. Hal tersebut kemudian berdampak terjadinya awan panas guguran dan juga abu vulkanis.
"Jadi kami lihat kegempaan Gunung Sinabung akhir-akhir ini memang meningkat dan kadang fluktuatif dalam kategori aktivitasnya masih cukup tinggi," ujar Armen.
Sejak Mei 2019, Gunung Sinabung berstatus siaga atau level tiga. Masyarakat diminta agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung.
"Radius sektoral 5 kilometer untuk sektor selatan, timur, dan 4 kilometer untuk sektor timur, serta utara," sebut Armen.
Your browser doesn’t support HTML5
Apabila terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker ketika keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanis.
"Lalu, mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanis yang lebat agar tidak roboh," pungkas Armen.
Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
Sementara, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo, Juspri Mahendra Nadeak, belum bisa memastikan apakah luncuran awan panas guguran ini berdampak terhadap masyarakat. Saat ini pihaknya masih memantau sejumlah wilayah yang terdampak akibat aktivitas Gunung Sinabung.
"Kami bersama Bupati Karo sedang persiapan kunjungan melihat ke sana," pungkasnya.
Gunung Sinabung sendiri kembali aktif erupsi pada Agustus 2010. [aa/ft]