Ketua Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel mengenai sandera sudah “hampir tercapai,” sementara Israel terus melakukan serangan ke Gaza sebagai tanggapan atas serangan mematikan kelompok militan tersebut terhadap Israel pada 7 Oktober. Belum ada komentar langsung dari Israel.
Menurut kantor berita Reuters, Haniyeh menyampaikan komentarnya dalam sebuah pernyataan dan bahwa negosiasi dipusatkan pada jangka waktu gencatan senjata, pengaturan pengiriman bantuan ke Gaza dan pertukaran sandera untuk tahanan Palestina di Israel.
Israel memulai kampanye militernya untuk memusnahkan Hamas setelah para kombatan Hamas menyeberang ke Israel selatan pada 7 Oktober. Israel mengatakan 1.200 orang tewas dan sekitar 240 lainnya disandera dalam serangan teror tersebut. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 13.000 warga Palestina, termasuk 5.000 anak-anak, dipastikan tewas dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza.
Hamas telah membebaskan empat sandera, Israel telah menyelamatkan satu sandera, dan dua mayat sandera Israel ditemukan di dekat Rumah Sakit Shifa di Gaza sejak perang meletus. Rumah Sakit Shifa telah menjadi fokus misi pencarian dan penghancuran Israel terhadap militan Hamas.
BACA JUGA: Pemimpin Hamas Katakan ‘Hampir Mencapai’ Kesepakatan Gencatan SenjataPresiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa ia yakin kesepakatan untuk membebaskan sandera dapat segera dicapai tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.
Laporan berita AS baru-baru ini mengatakan sekitar 50 dari sekitar 240 orang yang disandera oleh Hamas, khususnya perempuan dan anak-anak, dapat dikembalikan ke Israel, namun tidak jelas berapa banyak tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel dapat dibebaskan.
Perkembangan ini terjadi dua hari setelah Michael Herzog, duta besar Israel untuk Amerika Serikat, mengatakan pada acara televisi ABC “This Week” bahwa Israel “berharap bisa membebaskan sejumlah besar sandera [yang ditahan oleh Hamas] dalam beberapa hari ke depan,” dengan jeda singkat dalam pertempuran, yang mungkin berlangsung selama lima hari.
Herzog menolak untuk menyerukan penghentian gencatan senjata. Penolakan itu menandakan bahwa Israel berencana untuk melanjutkan serangannya terhadap Hamas setelah jeda berakhir.
Sementara itu, Afrika Selatan akan menjadi tuan rumah pertemuan virtual pada hari Selasa dengan anggota negara-negara yang ekonominya sedang mencuat BRICS untuk membahas perang di Gaza. Presiden Rusia Vladimir Putin, yang negaranya merupakan bagian dari blok tersebut, diperkirakan akan mengambil bagian melalui konferensi video.
BACA JUGA: Jubir Dewan Keamanan Nasional AS: ‘Kami Yakin Kami Semakin Dekat’ Menuju Pembebasan Sandera dari HamasDalam perkembangan terkait, Israel telah menarik duta besarnya untuk Afrika Selatan.
Dalam pernyataan di situs media sosial X, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan, “Menyusul pernyataan terbaru Afrika Selatan, Duta Besar Israel untuk Pretoria telah dipanggil kembali ke Yerusalem untuk berkonsultasi.”
Afrika Selatan baru-baru ini merujuk Israel ke Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag atas dugaan kejahatan perang oleh Israel. Parlemen Afrika Selatan juga dijadwalkan akan melakukan pemungutan suara untuk memutuskan apakah negara itu akan menutup kedutaan Israel. Afrika Selatan adalah salah satu pendukung Palestina yang paling vokal di dunia internasional.
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa pasukan Israel sedang memerangi militan di Gaza utara, dan pertempuran terjadi di kamp pengungsi perkotaan.
Pada hari Senin, pertempuran sengit terjadi di sekitar sebuah rumah sakit di Gaza utara ketika Israel terus melancarkan serangannya terhadap militan Hamas.
BACA JUGA: Pertempuran Meningkat di Luar RS Indonesia di Pinggiran Jabaliya, GazaKementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 12 orang tewas ketika sebuah peluru menghantam lantai dua Rumah Sakit Indonesia.
Militer Israel mengatakan pasukan di luar rumah sakit membalas tembakan ke arah kombatan Hamas di dalam fasilitas tersebut tetapi menambahkan bahwa tidak ada peluru yang ditembakkan ke rumah sakit tersebut.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengutuk serangan tersebut dan menyalahkan Israel.
“Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang menewaskan sejumlah warga sipil,” ujarnya dalam pernyataan. “Serangan itu jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Semua negara, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan Israel, harus menggunakan seluruh pengaruh dan kemampuannya, untuk mendesak Israel menghentikan kekejamannya.”
BACA JUGA: Menlu: Indonesia Kutuk Serangan Israel ke RS Indonesia di GazaSekitar 600 pasien, 200 petugas kesehatan dan 2.000 pengungsi dari Rumah Sakit Indonesia kini mengungsi di wilayah selatan Gaza, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qidra. “Pasukan pendudukan [Israel] bertujuan untuk mengosongkan rumah sakit, seperti yang terjadi di Shifa” di Kota Gaza,” imbuhnya.
Sejumlah bantuan untuk sistem kesehatan Gaza yang ambruk telah tiba pada hari Senin. Puluhan truk memasuki wilayah tersebut dari Mesir dengan peralatan dari Yordania untuk mendirikan rumah sakit lapangan. Media pemerintah Yordania mengatakan fasilitas baru di kota selatan Khan Younis akan beroperasi dalam waktu 48 jam.
Selain itu, Israel mengatakan pihaknya mulai mengizinkan sekitar 70.000 liter bahan bakar setiap hari masuk ke Gaza dari Mesir, jumlah yang jauh dari kebutuhan minimum untuk operasi penting kemanusiaan. Namun bantuan ini akan membantu mendukung distribusi makanan dan pengoperasian generator di rumah sakit, fasilitas air dan sanitasi, tempat penampungan, dan layanan penting lainnya. [lt/ab]