Hampir Tak Ada Penambahan Kasus Baru Virus Corona, Korsel Mulai Lagi Pertandingan Bisbol

Para pemain bisbal dari tim "Hanwa Eagles" berbaris sambil mengenakan masker saat akan bertanding dengan SK Wyverns di Incheon, Korea Selatan, 5 Mei 2020.

Korea Selatan melaporkan hanya tiga kasus baru virus corona hari Selasa (5/5), sementara liga bisbol profesional negara itu kembali beraksi dengan serangkaian pertandingan di stadion tanpa kehadiran penggemar mereka.

Dua bulan silam, Korea Selatan mendapat tambahan sekitar 500 kasus baru setiap hari, tetapi menggunakan serangkaian langkah, termasuk tes yang agresif dan aplikasi ponsel pintar yang memperingatkan masyarakat tentang orang-orang terinfeksi di dekat mereka, untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Liga olahraga di berbagai penjuru dunia dipaksa menangguhkan musim pertandingan mereka di tengah-tengah perintah tinggal di rumah dan pembatasan pertemuan umum.

Seorang juru kamera TV berjalan melewati kursi penonton yang penuh dengan penggemar bisbol sebelum dimulainya pertandingan antara Hanwha Eagles dan SK Wyverns di Incheon, Korea Selatan, Selasa, 5 Mei 2020.

Organisasi Bisbol Korea adalah satu di antara sekian liga yang memulai kembali musim pertandingan. Sebagai isyarat keinginan menonton pertandingan olahraga pada masa-masa seperti ini, liga itu mencapai kesepakatan untuk menyiarkan sebagian pertandingannya di saluran televisi olahraga raksasa berbasis di AS, ESPN, pada tengah malam waktu Amerika.

Liga Sepak Bola Nasional AS dijadwalkan mengumumkan jadwalnya hari Kamis, tetapi telah memutuskan untuk meninggalkan rencana menggelar pertandingan pada musim ini di London dan Mexico City.

PM Selandia Baru, Jacinda Ardern (kiri) bersama PM Australia Scott Morrison di Sydney, Australia, 28 Februari 2020. (Foto: dok)

Selandia Baru juga melaporkan kemajuan yang membesarkan hati dengan tidak adanya kasus baru selama dua hari berturut-turut. PM Jacinda Ardern hari Selasa (5/5) melakukan pembicaraan dengan PM Australia Scott Morrison dan menyatakan mereka sedang menyusun rencana untuk membuka kembali perjalanan antara kedua negara. Namun keduanya mengingatkan hal tersebut akan perlu waktu beberapa lama sebelum mulai memberlakukannya.

Pada hari Senin (4/5) juga diberitakan adanya kerja sama dari seluruh dunia terkait upaya yang dipimpin Uni Eropa untuk menggalang lebih dari 8 miliar dolar dana untuk membiayai pembuatan vaksin dan pengobatan COVID-19.

Sekitar 40 negara, berbagai organisasi amal dan perseorangan menjanjikan sumbangan, termasuk 1 miliar dolar dari Komisi Eropa, 1 miliar dolar dari Norwegia, 800 juta dolar dari Jepang dan lebih dari 500 juta dolar masing-masing dari Perancis, Arab Saudi dan Jerman.

BACA JUGA: Para Pemimpin Dunia Berusaha Galang Miliaran Dolar untuk Riset Vaksin

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memuji upaya itu sebagai suatu pertanda solidaritas internasional dalam perang melawan virus corona.

“Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama, dan kita harus bersama-sama mengembangkan dan berbagi perangkat untuk mengalahkannya,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tampak absen berpartisipasi kali ini adalah Amerika Serikat. Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan ia telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump mengenai isu itu dan menyatakan ia percaya AS akan bergabung dalam upaya bersama tersebut.

Presiden Perancis Emmanuel Macron (kanan) berbindang dengan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan para pemimpin dunia lainnya tentang pandemi corona. (Foto: dok).

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS menyatakan AS bermitra erat dengan sekutu-sekutu Eropa, negara-negara anggota G-20 dan G-7 dalam menanggapi virus corona.

“AS sedang dalam proses menyediakan 2,4 miliar dolar bantuan kesehatan, kemanusiaan dan ekonomi global dalam menanggapi COVID-19, dan kami terus memastikan bahwa pendanaan substansial dan upaya-upaya ilmiah Amerika Serikat dalam hal ini masih merupakan bagian yang esensial dan terpadu dari upaya global ini dalam melawan COVID-19,” kata pejabat itu kepada wartawan dalam suatu pengarahan.

BACA JUGA: AS Proyeksikan Kenaikan Tajam Kematian dan Kasus Covid-19

Sekitar 3,6 juta orang telah didiagnosis dengan COVID-19 di seluruh dunia, dan lebih dari 250 ribu orang telah meninggal karena virus itu.

Kantor Statistik Nasional Inggris, Selasa (5/5) melaporkan jumlah kematian telah melampaui 30 ribu orang di sana. Ini kurang lebih sama dengan Italia yang dilaporkan sebagai jumlah tertinggi di Eropa. Secara global, hanya AS yang melaporkan lebih banyak kematian akibat COVID-19 dengan jumlah sekitar 69 ribu orang. [uh/ab]