Hasil Studi: Perubahan Iklim Ubah Pola Banjir Sungai di Eropa

ARSIP – Seorang wanita mengambil foto di sisi sungai Seine yang terendam banjir di Paris (foto: AP Photo/Francois Mori)

Perubahan iklim mempengaruhi waktu terjadinya banjir di seluruh Eropa, dan masyarakat mungkin harus mampu beradaptasi untuk menghindari risiko ekonomi dan lingkungan di masa depan, ujar kalangan ilmuwan hari Kamis (10/8).

Banjir dari luapan air sungai termasuk bencana alam yang paling merugikan di seluruh penjuru dunia, menyebabkan kerusakan tahunan lebih dari $100 milyar. Banjir berdampak pada jutaan orang setiap tahunnya karena banyak kota kecil maupun kota besar yang dibangun di sepanjang sungai.

Dengan mempelajari data tentang banjir dalam kurun waktu 50 tahun, kalangan peneliti menemukan pergeseran signifikan dalam waktu terjadinya banjir di sepanjang pantai Atlantik di Eropa Barat antara periode 1960 hingga 2010.

Menurut sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Science, setengah dari stasiun pengukuran yang terletak antara Inggris hingga Portugal menunjukkan banjir rata-rata terjadi paling tidak 15 hari lebih cepat pada tahun 2010 dibandingkan setengah abad sebelumnya.

Di bagian timurlaut Eropa, salju mencair lebih awal yang membawa banjir ke sungai lebih awal paling tidak delapan hari dalam kurun waktu 50 tahun, sementara kawasan di sekitar Laut Utara sekarang banjir terjadi seminggu lebih lama dibandingkan pada tahun 1960.

“Apabila tren waktu terjadinya banjir terus berlanjut, dampak ekonomi dan lingkungan yang besar mungkin akan terjadi, karena masyarakat dan ekosistem sudah beradaptasi” pada waktu rata-rata terjadinya banjir, demikian disimpulkan oleh penulis makalah.

Pertanian, pasokan air

Mereka menyebutkan kemungkinan risiko terhadap ladang pertanian di Laut Utara akibat banjir musim dingin yang lebih lama yang membuat lahan lebih lembut saat musim semi tiba. Perusahaan pemasok air minum di timurlaut Eropa kemungkinan perlu untuk mulai mengisi kolam-kolam penampung airnya saat terjadi peningkatan permukaan air yang lebih cepat ketimbang menunggu banjir di waktu kemudian untuk memastikan terjadi pasokan yang memadai untuk PLTA dan irigasi, ujar para peneliti.

Penulis studi tersebut, yang dipimpin oleh Guenter Bloeschl dari Vienna Technical University, mewanti-wanti bahwa mekanisme yang tepat karena adanya perubahan pola banjir yang kompleks dan masih harus dipahami secara utuh.

Meskipun data dari waktu terjadinya banjir menunjukkan hubungan yang lebih jelas dengan perubahan iklim dibandingkan studi yang dilakukan di waktu lampau yang memperhatikan tingkat keparahan banjir, para peneliti mencatat ada beberapa faktor yang mempengaruhi waktu terjadinya banjir – termasuk volume curah hujan, sifat tanah, mencairnya salju di hulu dan penggunaan lahan. Tidak semua pergeseran disebabkan oleh pemanasan global akibat perilaku manusia, ujar para peneliti.

Bloeschl mengatakan para peneliti akan mencoba untuk menggunakan temuan-temuannya untuk memprediksi perubahan di masa yang akan datang terkait dengan waktu munculnya banjir musiman.

“Kita mengantisipasi tren yang terus meningkat,” ujarnya. [ww/fw]