Suatu gelembung baru buatan Brazil – seperti helm oksigen – menjadi piranti terbaru dalam perang melawan COVID-19 bagi para dokter di negara Amerika Latin itu.
Helm yang disebut Individual Controlled Breathing Bubble (BRIC), bukanlah teknologi baru. Namun, biaya impor pembeliannya terlalu tinggi bagi sebagian besar rumah sakit di Brazil.
Insinyur Guilherme de Souza bermitra dengan sejumlah dokter untuk menjajaki peran perusahaannya atas kebutuhan tersebut, selain karena tidak ada perusahaan manufaktur di Brazil yang memproduksi perangkat tersebut.
"Kami mendatangkan teknologi ini dari luar negeri, menerapkan nasionalisasi, dan menyempurnakannya. Lebih dari sekadar membuat produk itu tersedia di dalam negeri, lalu kami kembangkan dengan menambahkan fitur-fitur yang tidak dimiliki helm lain, dengan harga terjangkau," kata De Souza. "Itu kemenangan besar."
Ini termasuk yang pertama dari jenis helm yang diproduksi di Brazil dan mendapat persetujuan dari regulator kesehatan Brazil, Anvisa.
Unit BRIC itu terutama digunakan ketika alat bantu pernapasan non-invasif tidak lagi cukup untuk membantu para pasien yang ditempatkan di bawah ventilasi mekanis. Intubasi adalah prosedur invasif dan terkadang berbahaya.
Statistik menunjukkan hampir 80 persen pasien yang diintubasi di Brazil meninggal, seperti halnya 50 persen dari pasien intubasi di seluruh dunia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Respiratory Medicine.
"Beberapa studi menunjukkan bahwa helm (unit BRIC) pada akhirnya menurunkan kebutuhan beberapa pasien untuk menggunakan ventilasi secara mekanis atau diintubasi," kata Thiago Romano, dokter sekaligus koordinator medis di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Vila Nova Star di São Paulo. [mg/em]