Sebuah kapal kargo yang ditinggalkan di Teluk Aden setelah diserang oleh pemberontak Houthi Yaman kini mengalami kebocoran air dan menyebabkan tumpahan minyak yang signifikan. Pusat Komando Amerika Serikat (CENTCOM) mengatakan pada Jumat bahwa bencana lingkungan akibat tumpahan tersebut dapat memburuk.
Rubymar, sebuah kapal kargo bendera Belize yang terdaftar di Inggris dan dioperasikan di Lebanon yang mengangkut pupuk mudah terbakar, rusak akibat serangan rudal pada Minggu (18/2). Serangan tersebut diklaim oleh pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran.
Awak kapal dievakuasi ke Djibouti setelah satu rudal menghantam sisi kapal, menyebabkan air masuk ke ruang mesin dan buritannya miring, kata operator kapal, Blue Fleet Group.
Rudal kedua menghantam dek kapal tanpa menyebabkan kerusakan besar, kata CEO Blue Fleet Roy Khoury kepada AFP.
BACA JUGA: Houthi: Serangan di Laut Merah akan DitingkatkanCENTCOM menyatakan bahwa kapal tersebut terapung, tetapi mengalami kebocoran secara perlahan-lahan dan menyebabkan tumpahan minyak yang membentang sepanjang 18 mil atau sekitar 29 kilometer.
“M/V Rubymar sedang mengangkut lebih dari 41.000 ton pupuk ketika diserang, yang dapat tumpah ke Laut Merah dan memperburuk bencana lingkungan ini,” katanya dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya bernama Twitter.
Operator kapal mengatakan pada Kamis bahwa kapal tersebut dapat ditarik ke Djibouti pada minggu ini.
Khoury menyatakan bahwa kapal masih berada di permukaan air. Ia membagikan gambar yang diambil pada Rabu yang menunjukkan bagian belakang kapal mulai mendekati permukaan air.
Ketika ditanya tentang kemungkinan tenggelamnya kapal tersebut, Khoury mengatakan "saat itu belum akan tenggelam, tetapi selalu ada kemungkinan".
BACA JUGA: AS Lancarkan Empat Serangan Udara terhadap Rudal Anti-Kapal Houthi di YamanSerangan terhadap Rubymar merupakan kerusakan paling signifikan yang pernah terjadi pada kapal komersial sejak Houthi mulai menembaki kapal pada November. Houthi mengatakan serangkaian serangan tersebut merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza selama perang Israel-Hamas.
Serangan Houthi telah mendorong beberapa perusahaan pelayaran untuk memutar arah di sekitar Afrika bagian selatan untuk menghindari Laut Merah, yang biasanya menjadi jalur perdagangan maritim global yang mencapai sekitar 12 persen.
Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan pada akhir bulan lalu memperingatkan bahwa volume lalu lintas komersial yang melewati Terusan Suez merosot lebih dari 40 persen dalam dua bulan sebelumnya. [ah/ft]