IEA: Permintaan Minyak Asia Tenggara Terus Tumbuh Hingga 2040

Para pengendara motor antri untuk mengisi bensin di stasiun pengisian bahan bakar milik Pertamina di Jakarta, Indonesia, 17 November 2014.

Permintaan minyak dari kawasan Asia Tenggara akan terus tumbuh hingga 2040 karena negara-negara berkembang di kawasan itu bergantung pada bahan bakar fosil untuk pergerakan populasinya yang semakin berkembang, mengirimkan barang-barang produksi dan membuat produk-produk plastik, menurut Badan Energi Internasional, Selasa (24/10).

Konsumsi minyak dari Asia Tenggara akan naik menjadi 6,6 juta barel per hari pada 2040 dari 4,7 juta bph saat ini dengan jumlah kendaraan meningkat sebanyak dua pertiga menjadi 62 juta, kata badan tersebut dalam sebuah laporan. IEA tidak memberikan perkiraan setelah 2040.

Desakan untuk mengganti mesin penbakaran pada kendaran dengan mesin bertenaga listrik untuk memerangi perubahan iklim telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan industri perminyakan bahwa permintaan untuk minyak bisa mencapai puncak pada 10 hingga 20 tahun mendatang.

Namun minyak akan tetap memenuhi 90 persen permintaan dari sektor yang berhubungan dengan transportasi di Asia Tenggara, khususnya untuk truk dan kapal, kata Keisuke Sadamori, Direktur Pasar dan Keamanan Energi dari IEA, di Singapore International Energy Week.

"Kecuali ada perubahan teknologi secara drastik yang bisa dekarbonisasi sektor-sektor ini, kami tidak mengharapkan ada penurunan permintaan minyak," kata Sadamori.

Permintaan minyak dari sektor petrokimia, salah satu pengguna terbesar energy fosil, juga akan berkembang cukup besar, kata Sadamori. Minyak mentah bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastic dan tekstil.

Sementara itu, keseluruhan permintaan energi dari Asia Tenggara akan naik hamper 60 persen pada 2040 dari saat ini, didorong oleh pertumbuhan pembangkit listrik karena kenaikan pendapatan di kawasan ini akan mendorong konsumen untuk membeli peralatan listrik termasuk pendingin ruangan, kata IEA.

Kawasan ini akan memiliki akses listrik universal awal 2030 dan diharapkan akan membangun lebih dari 565 gigawatts kapasitas pembangkit listrik pada 2040, dari 240 GW saat ini, kata IEA. Batubara dan energi terbarukan akan memasok lebih dari 70 persen kapasitas pembangkit baru, kata IEA menambahkan. [fw/au]