Keluarga Riek Machar, mantan Wakil Presiden Pertama Sudan Selatan dan pemimpin Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan yang beroposisi, kecewa dengan keputusan yang dibuat oleh blok regional Otoritas Pembangunan Antar Pemerintah (IGAD) yang menetapkan " pencabutan tahanan rumah” bersyarat.
Istri Machar, Angelina Teny, menanggapi keputusan IGAD, Senin (26/3).
"Jika kita membaca dengan hati-hati, sebenarnya, tidak ada pencabutan tahanan rumah apapun. Karena apa yang mereka katakan sangat jelas bahwa mereka akan memindahkannya dari tempatnya sekarang, yaitu Afrika Selatan, ke lokasi lain yang tidak di wilayah itu, dan sama sekali tidak dekat dengan Sudan Selatan,” kata Teny.
Pernyataan IGAD mengatakan akan membebaskan Machar sesegera mungkin, jika ia meninggalkan kekerasan, tidak menghalangi proses perdamaian dan pindah ke negara manapun "di luar kawasan yang tidak bertetangga dengan Sudan Selatan."
Pernyataan itu mengatakan bahwa menteri-menteri IGAD akan memutuskan lokasi yang memungkinkan bagi Machar.
Teny mengatakan para menteri blok regional bersikap tidak adil kepada suaminya.
"Mereka membuat syarat lain yang mengatakan ia tidak boleh menghalangi proses perdamaian. Bagaimana ia bisa menghalangi proses perdamaian atau proses revitalisasi kalau ia sudah menunjuk delegasi yang sudah terlibat secara konstruktif dalam dua putaran atau sesi terakhir pembicaraan?" ujarnya.
Blok regional itu menyerukan kepada Pemerintahan Transisi Persatuan Nasional dan sembilan kelompok oposisi agar tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengakhiri penderitaan rakyat Sudan Selatan.
Tetapi Teny, yang merupakan anggota oposisi senior, mengatakan IGAD menyudutkan kelompoknya.
"Ini akan berdampak pada proses (perdamaian), karena SPLM-IO dipaksa berunding dari posisi di mana pemimpinnya dalam tahanan," kata Teny.
IGAD tidak menetapkan tanggal baru untuk memulai kembali pembicaraan perdamaian. Utusan khususnya, Duta Besar Sudan Selatan Ismail Wais, akan berkonsultasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan di Sudan Selatan untuk merekonsiliasi sikap pihak-pihak yang terlibat mengenai pembagian kekuasaan dan pengaturan keamanan secara permanen sebelum pembicaraan berikutnya.
Machar secara de facto adalah tahanan di sebuah rumah pertanian di luar Johannesburg. Ia diisolasi dari teman-teman dan keluarganya dan telah dibekukan dari proses perdamaian Sudan Selatan dan masa depan negaranya.
Ini adalah kejatuhan besar bagi seorang yang telah lama mendominasi politik Sudan Selatan. Machar adalah sosok penting dalam perjuangan Sudan Selatan untuk merdeka dari Sudan, dan telah menjabat sebagai wakil presiden dua kali dalam sejarah yang sangat singkat di negara terbaru di dunia. Sudan Selatan merdeka 2011.
Namun para pengecam mengatakan meskipun ia seorang arsitek berdirinya Sudan Selatan, ia juga berperan dalam kejatuhannya. Salah satu faktor adalah ketegangan antara Machar dan Presiden Salva Kiir memicu perang saudara yang dimulai pada tahun 2013 yang menyebabkan kehancuran negara.
Pertempuran baru merebak pada Juli 2016 menghancurkan kesepakatan perdamaian sementara yang mengembalikan Machar pada jabatannya di pemerintahan dan memaksanya melarikan diri dari negara itu. Dengan terbatasnya pilihan, Machar akhirnya berada di Afrika Selatan. [my/ds]