Dana Moneter Internasional (IMF) mempertahankan perkiraan pertumbuhan global tahun 2024 dalam laporannya hari Selasa, meskipun mereka memangkas perkiraan untuk AS dan Jepang. IMF juga memperingatkan tentang risiko inflasi dan ketegangan perdagangan mendatang.
IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,2 persen tahun ini, tidak berubah dari perkiraannya pada bulan April, menurut pembaruan World Economic Outlook (Prakiraan Ekonomi Dunia) yang dirilisnya.
“Aktivitas global dan perdagangan dunia menguat pada pergantian tahun, dengan perdagangan terdorong oleh ekspor yang kuat dari Asia,” kata IMF.
Untuk tahun 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan global mencapai 3,3 persen.
Meskipun banyak negara mencapai pertumbuhan yang lebih baik daripada yang diantisipasi pada awal tahun ini, IMF memberi kejutan untuk Jepang dan AS.
Kreditor yang berbasis di Washington ini juga memperingatkan bahwa risiko inflasi meningkat, dengan harga-harga jasa menahan disinflasi.
Ini meningkatkan prospek suku bunga tetap tinggi yang lebih lama, “dalam konteks meningkatnya ketegangan perdagangan dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan.”
Aturan perdagangan melonjak
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam keterangan pers hari Selasa (16/7) mengatakan, “Kami melihat ada lonjakan dalam jumlah tindakan pembatasan perdagangan.”
Lebih dari 3.000 langkah semacam itu diberlakukan tahun lalu, naik dari 1.000, angka yang tinggi, pada tahun 2019.
Bentuk pembatasan itu adalah restriksi ekspor dan kebijakan industri, yang mengarah pada tindakan pembalasan, lanjutnya. “Salah satu kekhawatiran kami adalah ke depannya, ini akan membebani aktivitas global,” katanya.
Laporan IMF memperingatkan bahwa pemberlakuan kenaikan tarif dapat memicu tindakan pembalasan dan “perlombaan ke titik terendah yang merugikan.”
Mengenai apakah penilaian risiko bergeser setelah percobaan pembunuhan terhadap mantan presiden AS Donald Trump, kandidat Partai Republik dalam pemilihan presiden bulan November,
Gourinchas sebelumnya mengatakan kepada AFP bahwa IMF akan mempertimbangkan dampaknya.
Pada hari Selasa ia mengatakan, 2024 adalah tahun yang penuh dengan penyelenggaraan pemilu. Ia menambahkan, “akan ada sejumlah kenaikan dalam aturan mengenai perdagangan” dan distorsi pada kebijakan industri yang akan berdampak pada negara-negara lain.
Kekhawatiran soal China
Meskipun pertumbuhan dunia tampak stabil, IMF menurunkan proyeksinya untuk AS dan Jepang.
Pertumbuhan AS pada tahun 2024 diturunkan menjadi 2,6 persen, turun 0,1 persen di bawah prakiraan bulan April, karena “awal yang lebih lamban daripada perkiraan pada tahun ini.”
Ekonomi Jepang tumbuh 0,2 persen lebih rendah daripada perkiraan, yaitu 0,7 persen untuk tahun ini, terutama karena gangguan pasokan sementara dan lemahnya investasi swasta dalam kuartal pertama.
Sementara itu kawasan euro menunjukkan tanda-tanda kepulihan dengan aktivitas jasa yang relatif kuat meskipun sektor manufaktur terlihat melemah, kata Gourinchas.
BACA JUGA: IMF: Bank Sentral AS Berada pada Posisi Turunkan Suku Bunga Tahun IniChina dan India diperkirakan akan menggerakkan aktivitas di Asia, dengan prakiraan pertumbuhan China direvisi naik hingga 5,0 persen karena peningkatan konsumsi swasta dan ekspor yang kuat.
Tetapi Gourinchas menandai adanya risiko pada ekonomi terbesar kedua dunia itu akibat dari lemahnya tingkat kepercayaan dan belum diselesaikannya masalah di sektor properti.
Jika permintaan domestik melemah, China akan bergantung lebih banyak pada sektor eksternal, situasi yang ditolak oleh negara-negara seperti AS. “Kenaikan dalam surplus perdagangan mungkin kecil dari perspektif China, tetapi akan besar dari perspektif seluruh dunia,” katanya.
Risiko inflasi
Risiko inflasi yang tetap tinggi di tengah-tengah ketegangan perdagangan atau geopolitik baru, kata IMF, meskipun ada perkiraan infasi akan kembali ke target awal pada akhir 2025.
Pertumbuhan upah, jika disertai produktivitas yang lemah, dapat membuat perusahaan kesulitan melonggarkan kenaikan harga.
Eskalasi ketegangan perdagangan juga dapat meningkatkan risiko inflasi jangka pendek, dengan naiknya harga barang-barang impor, kata IMF.
Inflasi yang lebih tinggi dapat meningkatkan peluang suku bunga bertahan dalam jangka lebih lama lagi, sehingga meningkatkan risiko finansial.
IMF menyerukan penyesuaian kebijakan moneter secara hati-hati. [uh/jm]