Presiden Joko Widodo secara resmi membuka kick off Keketuaan ASEAN Indonesia 2023, di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (29/1). Dalam keketuaan tersebut, Indonesia mengangkat tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.”
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan melalui tema tersebut, Indonesia menginginkan ASEAN terus memainkan peran sentral sehingga dapat menjadi motor dan mampu berkontribusi bagi stabilitas dan perdamaian kawasan Asia Tenggara hingga Indo Pasifik. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tema tersebut memiliki makna yang terkait dua elemen penting.
"Jadi kalau kita lihat dari tema itu, ada dua elemen besar. Elemen pertama adalah ASEAN Matters, bagaimana Indonesia dengan keketuaannya tetap menjadikan ASEAN relevan dan penting, tidak saja bagi rakyat Indonesia tetapi juga bagi rakyat ASEAN dan di luar ASEAN," kata Retno.
Retno menambahkan Indo Pasifik merupakan kawasan yang sangat strategis dan rivalitasnya terjadi sangat tinggi. Karena itu, Indonesia ingin mendorong ASEAN menjadi lokomotif supaya Indo Pasifik menjadi kawasan yang stabil dan damai.
Terkait elemen Epicentrum of Growth, Indonesia ingin agar pertumbuhan ekonomi ASEAN selalu lebih tinggi ketimbang perumbuhan ekonomi dunia.
ADB (Bank Pembangunan Asia) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara tahun ini sebesar 4,7 persen, sedangkan prediksi Bank Dunia adalah pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 sebesar 1,7 persen.
"Caranya apa? Ada beberapa kerja sama yang akan diperkuat, antara lain di bidang kesehatan tentunya karena pandemi belum tuntas. Kemudian di bidang energi, pangan, dan penguatan untuk kerjasama keuangan," ujar Retno.
BACA JUGA: Menlu: Indonesia Bertekad Menjadikan ASEAN Tetap PentingMenurut Retno, kawasan Indo Pasifik selama ini selalu didekati melalui aspek keamanan. Karena itulah, Indonesia akan menambah pendekatan ekonomi dan kerja sama pembangunan.
Selama Indonesia menjadi ketua ASEAN, Indonesia akan mengadakan Forum ASEAN-Indo Pasifik yang memiliki empat kegiatan utama, yakni ekonomi kreatif, ekonomi digital untuk pembangunan berkelanjutan, KTT Bisnis dan Investasi, serta infrastruktur.
Retno menyebutkan akan ada sejumlah pertemuan ASEAN di tingkat menteri pada 3-4 Februari, yaitu pertemuan ASEAN Coordinating Council dan AMM Retreat yang membahas isu-isu yang terkait dengan kawasan dan juga di luar kawasan.
Konsensus Myanmar
Terkait isu Myanmar, Menlu menegaskan posisi Indonesia tetap konsisten karena sudah menjadi keputusan para pemimpin ASEAN untuk tetap mengimplementasikan lima poin konsensus. Indonesia ingin implementasi konsensus tersebut menjadi mekanisme utama ASEAN untuk membantu Myanmar keluar dari krisis politiknya.
Retno menekankan yang dapat menolong Myanmar keluar dari krisis adalah bangsa Myanmar sendiri dan ASEAN siap dan ingin membantu mereka. Dia menyesalkan karena sampai sekarang belum ada kemajuan sama sekali mengenai impelentasi itu. Indonesia akan terus berusaha mengajak semua pihak di Myanmar untuk melaksanakan lima poin konsensus itu.
Your browser doesn’t support HTML5
Prioritas Indonesia sebagai ketua ASEAN, tambahnya, adalah mempercepat pembangunan komunitas ASEAN karena hal itu menjadi kepentingan rakyat ASEAN untuk terus maju. Sekali lagi dia menegaskan isu Myanmar tidak boleh mengganjal segala proses yang sedang terjadi di ASEAN.
Tantangan Indonesia
Pengamat ASEAN dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Faudzan Farhana mengingatkan tantangan eksternal dan internal yang dihadapi Indonesia sebagai Ketua ASEAN. Tantangan eksternal terbesar adalah konflik antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Sekarang situasi persaingan antara Amerika Serikat dengan China di kawasan semakin hari semakin memanas, mau tidak mau akan mempengaruhi situasi di kawasan (Asia Tenggara), terutama di forum-forum ASEAN yang melibatkan kedua negara karena dua negara ini merupakan mitra ASEAN sejak puluhan tahun," kata Farhana.
Sementara dari sejumlah tantangan internal yang dihadapi ASEAN, yang paling mengganggu adalah menemukan alternatif solusi menghadapi Myanmar. Juga kehadiran anggota baru, Timor Leste. ASEAN akan menghadapi anggota yang pernah memiliki krisis internal yang berdampak pada situasi regional, sambil menemukan cara mengkonsolidasi anggota baru ini.
BACA JUGA: Myanmar: Kerikil Panas dalam Sepatu bagi ASEANSebelumnya, tim dari BRIN telah menyampaikan tiga rekomendasi kepada Kementerian Luar Negeri untuk dijalankan Indonesia ketika memimpin ASEAN sepanjang 2023. Ketiga poin tersebut adalah bagaimana memastikan sentralitas ASEAN di kawasan, bagaimana menjaga relevansi ASEAN di kawasan, dan bagaimana meningkatkan soliditas antara negara anggota ASEAN.
Terkait isu Laut China Selatan, dia berharap Indonesia bisa merampungkan pembahasan draf mengenai norma atau prinsip di kawasan Laut China Selatan yang disetujui oleh semua pihak, termasuk AS dan China. [fw/ah]