Indonesia merealisasikan komitmennya untuk membantu rakyat Afghanistan. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Minggu dini hari (9/1) melepas dua pesawat yang membawa bantuan kemanusiaan Indonesia untuk rakyat Afghanistan.
Bantuan kemanusiaan ini berisi kebutuhan makanan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh rakyat Afghanistan saat ini. Dalam mempersiapkan bantuan kemanusiaan tersebut, Indonesia terus melakukan koordinasi dengan Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berada di lapangan khususnya World Food Program.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bantuan kemanusiaan dikirim untuk menanggapi situasi kemanusiaan yang semakin memburuk di negara itu. Saat ini 23 juta rakyat Afghanistan terancam kelaparan, atau berarti lebih dari separuh penduduk Afghanistan. Ini juga termasuk tiga juta anak Afghanistan yang terancam mengalami malnutrisi.
Menurut Retno, tanpa dukungan masyarakat internasional, situasi kemanusiaan di Afghanistan akan semakin berat dan diperkirakan akan dapat berdampak pada stabilitas negara yang sejak pertengahan Agustus lalu dikendalikan oleh Taliban.
“Indonesia terus berupaya memperkuat dan berkontribusi dalam diplomasi kemanusiaan. Buat Indonesia, safety and wellbeing (keselamatan dan kesejahteraan.red) rakyat akan selalu menjadi prioritas,” ungkap Retno.
Lebih jauh Retno mengatakan selain bantuan kemanusiaan jangka pendek, Indonesia juga sedang mempersiapkan bantuan jangka panjang antara lain pendidikan dan peningkatan kapasitas, terutama untuk kaum perempuan Afghanistan. Untuk itu menurut rencana Inodnesia akan membahas soal kerjasama pendidikan dan pemberdayaan perempuan ini dengan Qatar dan wakil Afghanistan.
BACA JUGA: Indonesia akan Mendistribusikan Bantuan Kemanusiaan Untuk Afghanistan“Indonesia ingin melihat rakyat Afghanistan termasuk kaum perempuan Afghanistan dapat hidup damai, stabil dan sejahtera,” ujar Retno Marsudi.
Pengamat Hubungan Internasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nanto Sriyanto menilai pemerintah Indonesia memang memiliki komitmen yang sangat besar dalam membantu rakyat Afghanistan.
Ditambahkannya, isu pendidikan dan pemberdayaan perempuan Afghanistan sebenarnya sudah diupayakan Indonesia sejak sebelum Taliban menguasai kembali negara itu, karena Indonesia menilai perempuan merupakan aktor penting yang tidak boleh dipandang sebelah mata.
Nanto mengatakan pemerintah Indonesia saat ini memang lebih memprioritaskan pendekatan kemanusiaan terhadap Afghanistan ketimbang formalitas politik, dalam arti mengakui secara resmi pemerintahan Taliban.
"Bantuan-bantuan ini lebih sifatnya hubungan kemanusiaan antara rakyat ke rakyat, walaupun tidak seperti umumnya. Bahwa masih ada kendala pengakuan pemerintah resmi itu persoalan lain, nggak harus berjalan pada titik yang sama," ujar Nanto.
Hingga saat ini belum satu negara pun yang mengakui secara resmi pemerintahan Taliban, termasuk Indonesia. Meski begitu, beberapa negara seperti China, Rusia, India, dan Pakistan semakin memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Taliban.
Indonesia mengajukan tiga syarat untuk mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan, antara lain Taliban harus membentuk pemerintahan inklusif dan mengakui hak-hak semua warga negara Afghanistan. [fw/em]