Indonesia berada pada posisi 97 dari 100 negara yang dinyatakan aman dari Covid-19 berdasarkan laporan yang diterbitkan Majalah Forbes 5 Juni lalu. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa Swiss merupakan negara teraman di dunia pada saat ini dari virus corona. Jerman menempati posisi kedua.
Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) menempati urutan ke-58 dalam laporan tersebut. sementara urutan ke-100 ditempati oleh Bahama.
Laporan yang diterbitkan oleh Majalah Forbes tersebut dibuat berdasarkan survei dan penelitian yang dilakukan oleh Deep Knowledge Group, sebuah konsorsium perusahaan dan organisasi nirlaba yang dimiliki oleh Deep Knowledge Ventures. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan investasi yang didirikan di Hong Kong pada 2014.
Your browser doesn’t support HTML5
Adapun indikator penyusunan negara teraman di dunia dari Covid-19 dalam laporan ini adalah berdasarkan 130 parameter kuantitatif dan kualitatif terkait kategori efisiensi karantina, pemantauan dan deteksi, kesiapan kesehatan, dan efisiensi upaya pemerintah dalam menangani pandemi.
Menanggapi laporan tersebut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan penelitian tersebut tidak tepat, apalagi menempatkan Indonesia pada posisi paling bontot dalam daftar tersebut. Ia pun mempertanyakan bagaimana cara Deep Knowledge Group melakukan penelitian tersebut. Pihak Gugus Tugas pun merasa sama sekali tidak dihubungi baik oleh Deep Knowledge Group maupun Majalah Forbes.
Lanjutnya, setiap negara mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda dalam menangani pandemi ini. Jadi menurutnya, sangat tidak objektif apabila Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang ada pada daftar tersebut terkait dalam hal penanganan virus corona.
“Swiss, Jerman, ya boleh saja kalau dlihat dari ketahanan ekonomi. Dia PDB nya berapa, kita berapa, supaya bandinginnya sesuai. Kemampuan negara mengendalikan dikaitkan dengan kemampuan ekonominya juga, jumlah penduduknya juga, jadi dipertimbangkan seluruhnya. Boleh kita pakai rumus, kita buka rumusnya. Lihat policynya juga, policynya apa? Mereka lockdown, kita gak lockdown, terus gimana cara bandinginnya? Impactnya? Coba mereka pakai rumus apa? Saya hampir berani guarantee caranya mereka gak terbuka dan gak benar,” ujarnya kepada VOA, di Jakarta, Selasa (9/6).
Wiku mengklaim bahwa penanganan virus corona di Tanah Air sejauh ini dipandangnya sudah tepat dan sesuai dengan karakteristik Indonesia.
“Policy kita unik dibandingkan dengan negara lain. Dia sudah tahu belum cara kita menanganinya? Kita sudah ngomong di media ini adalah zona-zona, dia punya zona-zona gak? Gimana cara bikin zonanya? Sama gak? Saya bisa bilang apa yang kita lakukan di Indonesia, menurut saya dari sisi data is the best, dari sisi alat untuk kita menavigasi, dan pengambilan keputusan yang diambil saat ini, beberapa minggu terakhir ini itu the best. Ini negara besar dengan kemampuan ekonomi tidak sama dengan mereka, lihat our number of cases, jadi gak benar,” jelasnya.
Wiku pun menantang Deep Knowledge Ventures untuk bertemu, dan berdiskusi terkait bagaimana cara mereka dalam menyusun dan membuat laporan tersebut.
1.043 Orang Positif Covid-19 Hari Ini di Indonesia
Penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai rekor tertinggi. Pada Selasa (9/6) Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto melaporkan adanya penambahan 1.043 kasus baru. Total kasus pun dikukuhkan menjadi 33.076.
Adapun lima provinsi dengan kasus positif terbanyak secara kumulatif adalah DKI Jakarta (8.355), Jawa Timur (6.533), Jawa Barat (2.448), Sulawesi Selatan (2.194), dan Jawa Tengah (1.672).
Selain itu, juga tercatat ada 510 pasien yang sudah diperbolehkan pulang, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 11.414. Sayangnya, jumlah kematian masih terus bergerak naik. Sebanyak 40 orang meninggal dunia, sehingga total penderita yang meninggal pun menjadi1.923.
Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi38.394, sementara pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 14.108. [gi/ab]