Indonesia Tak Sepakat soal Penurunan Tarif Produk Ramah Lingkungan

Pertemuan Menteri Perdagangan negara-negara anggota APEC di Honolulu, Hawaii (11/11).

Hal ini diungkapkan Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, Jumat malam setelah pertemuan para menteri perdagangan APEC di Honolulu, Hawaii.

Para menteri perdagangan anggota APEC menyelesaikan pertemuan tahunannya di Honolulu, Hawaii, hari Jumat. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menghasilkan rekomendasi strategi kebijakan terkait perdagangan, yang akan disampaikan kepada para kepala negara dan pemerintahan anggota organisasi kerjasama ekonomi se-Asia Pasifik itu dalam KTT hari Sabtu dan Minggu ini.

Dalam pernyataan bersama, para menteri perdagangan merekomendasikan sejumlah strategi untuk memperkuat integrasi ekonomi regional dan memperluas perdagangan, mendukung pertumbuhan hijau atau ramah lingkungan (green growth), serta meningkatkan kerjasama dan penyelarasan kebijakan.

Ketika ditemui Jumat malam, seusai konferensi pers para menteri perdagangan APEC, Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan mengungkapkan isu pertumbuhan hijau menjadi perdebatan hangat dalam pertemuan antar menteri perdagangan APEC.

Amerika, selaku tuan rumah APEC 2011, mendorong para anggota APEC untuk menurunkan tarif bagi produk dan jasa berkategori ramah lingkungan, disebut Environmental Goods and Services (EGS), hingga di bawah 5% pada tahun 2015.

Secara umum, kata Gita, Indonesia sepakat dengan usulan kebijakan mengenai tata kelola regulasi, usaha kecil dan menengah (UKM), dan liberalisasi tarif dan investasi. Namun, terkait penurunan tarif produk dan jasa ramah lingkungan, Indonesia dan sejumlah negara lain di ASEAN, termasuk Thailand, meminta pembahasan lebih lanjut dan lebih dalam di tingkat kepala negara.

Gita Wirjawan mengatakan, “Mungkin yang masih perlu diperdalam dan didiskusikan lagi yang berkaitan dengan pertumbuhan hijau. Pertumbuhan ekonomi ramah lingkungan ini kaitannya dengan awal dari Amerika agar semua anggota APEC bisa menurunkan tarif ke 5 persen secara maksimal bagi barang dan jasa ramah lingkungan, nah ini memang masih ada perbedaan pandang.”

Gita menjelaskan beberapa negara ASEAN yang tergabung dalam APEC meminta produk dan jasa yang termasuk kategori ramah lingkungan agar diidentifikasikan terlebih dahulu sebelum tahun 2012, dengan harapan dapat diimplementasikan tahun 2015.

Sementara, Tiongkok menginginkan perlakuan yang berbeda untuk kelompok negara berkembang, di mana negara berkembang harus diberi waktu lebih lama untuk dapat mengadopsi konsep tersebut.

Menurut Gita, Indonesia pada prinsipnya mendukung pertumbuhan hijau, namun RI perlu mempelajari dan mengkaji terlebih dahulu mengenai manfaatnya kalau konsep tersebut diimplementasikan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan tiba di Honolulu hari Sabtu dini hari. KTT APEC di Honolulu mengambil tema “21 Economies for the 21st Century”.