Dampak pemanasan global bagi bumi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, terlebih dengan semakin banyaknya hutan yang gundul akibat penebangan pohon secara liar. Padahal fungsi pohon sangat penting untuk menyerap gas CO2, maupun gas beracun lainnya di udara. Selain itu keberadaan pohon mampu menghasilkan Oksigen atau O2, yang merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk di bumi.
Pentingnya menanam pohon bagi kelangsungan hidup di bumi, diwujudkan dalam bentuk aksi membagi bibit tanaman maupun gerakan menanam pohon, oleh para aktivis pecinta lingkungan, maupun para pelajar.
Koordinator Komunitas Nol Sampah, Wawan Some mengatakan, minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Surabaya, mengharuskan ditambahnya Ruang Terbuka Hijau baru melalui lahan milik masyarakat atau pribadi, yaitu di lingkungan rumah, sekolah, kampus, maupun perkantoran.
Wawan Some memaparkan, “Kalau kita melihat secara umum, sebenarnya kan kebutuhan ruang terbuka hijau di Surabaya kan belum mencukupi sebenarnya. Kalau dilihat untuk peruntukan lahan di Surabaya ini kan sangat susah untuk membuat ruang terbuka hijau yang publik kan, karena itu salah satu caranya adalah bagaimana memaksimalkan ruang terbuka hijau privat, ruang terbuka hijau pribadi, yaitu ditanam di sekitar rumah, dan otomatis karena pohon ini buah, orang-orang yang akan menanam logika kami dia akan menjaga itu karena mereka akan merasakan manfaatnya, buahnya, maupun nanti secara tidak langsung oksigen dan penyerap polutan.”
Upaya penanaman pohon untuk menciptakan Ruang Terbuka Hijau baru, yang berfungsi sebagai paru-paru kota, diharapkan mampu mengurangi polusi dan dampak yang diakibatkan dari pemanasan global.
Aktivis Pecinta Lingkungan dari Komunitas Kelingan, Bangun Pratomo mengutarakan, gerakan tanam pohon saat ini sangat efektif dilakukan dengan mengajak serta keterlibatan generasi muda, yang masih mudah untuk diberi pemahaman tentang pentingnya menanam pohon untuk kehidupan.
“Di sekolah-sekolah, anak-anak akan digerakkan untuk menanam pohon seperti pohon yang punya nilai kerindangan, terus kemudian sayur, buah, dan medianya bisa media pot, hidroponik, terus kemudian gantung,” ujar Bangun Pratomo.
Gerakan Cinta Lingkungan dengan menanam pohon, tidak hanya dilakukan para aktivis pemerhati lingkungan, namun juga oleh kalangan industri yang diidentikkan dengan pencemar lingkungan.
Corporate Affair Manager PT. Coca Cola Indonesia Jawa Timur, Retno Martuti Kusdiarto menjelaskan, persepsi masyarakat mengenai industri yang sering melakukan pencemaran lingkungan, coba dijawab Coca Cola melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), dengan membagikan bibit tanaman kepada masyarakat dari kebun pembibitan yang dimiliki oleh perusahaan.
Retno Martuti Kusdiarto mengutarakan, “Jadi kalau memang industri itu, orang awam biasanya mengkorelasikan dengan pencemaran, kita menjawab persepsi masyarakat tersebut dengan langkah nyata seperti ini. Jadi kita juga selain berproduksi, kita mempunyai aspek lain yang kita lakukan salah satunya adalah kita mempunyai lahan pembibitan yang kita sebut dengan coke farm, atau bahasa Indonesianya pembibitan atau perkebunan Coca Cola, di mana di situ kita bekerjasama dengan petani dan LSM setempat untuk menghasilkan beberapa ribu bibit, di mana hasilnya itu kita bagikan secara gratis kepada masyarakat, yang tujuannya untuk menghijaukan bumi kita.”