PM Inggris Boris Johnson dijadwalkan mengungkapkan sistem peringatan virus corona yang baru bagi negara tersebut dalam pidatonya di parlemen hari Senin (12/10).
Alih-alih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) nasional, sistem baru tersebut akan menetapkan daerah mana yang berisiko sedang, tinggi dan sangat tinggi. Pada tingkatan pertama, daerah-daerah dengan tingkat infeksi yang relatif rendah akan menetapkan restriksi terbatas terhadap restoran dan bar. Restriksi secara bertahap diperketat pada tingkat ke-tiga, sewaktu restoran dan bar akan dipaksa tutup.
Sistem baru itu diberlakukan sementara Inggris mencapai apa yang disebut juru bicara PM Johnson sebagai “titik kritis.” Negara itu sedang mengalami lonjakan dramatis kasus baru Covid-19, khususnya di kota-kota di bagian utara yakni Liverpool, Merseyside, Manchester dan Newcastle. Inggris mencatat 42.825 kematian akibat Covid-19, salah satu yang tertinggi di Eropa, termasuk 65 yang meninggal hari Minggu (11/12).
Lebih dari 37,4 juta orang di seluruh dunia didiagnosis terjangkit virus corona, 1.075.942 di antaranya meninggal dunia, sebut proyek pelacak virus corona Johns Hopkins University. India resmi mencatat angka lebih dari 7 juta kasus Covid-19 pada hari Minggu (11/12), terbanyak ke-dua setelah AS yang mencatat 7,7 juta kasus terkonfirmasi. Kementerian Kesehatan India juga melaporkan 918 kematian lagi akibat Covid-19, membuat total kematian akibat virus corona di sana mencapai 108.334.
BACA JUGA: Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Covid-19, Inggris Berlakukan Lebih Banyak PembatasanOtoritas kesehatan di Qingdao, kota pesisir di bagian timur China, akan melakukan pengetesan terhadap seluruh sembilan juta warganya setelah munculnya laporan sembilan kasus baru virus corona pada hari Minggu (11/12). Semua kasus baru itu terkait dengan sebuah rumah sakit yang merawat orang-orang dari luar negeri yang terjangkit virus tersebut. Kasus baru itu mencakup empat kasus terkonfirmasi dan lima kasus tanpa gejala, membuat mereka sebagai orang tanpa gejala yang tertular secara lokal yang pertama tercatat di China sejak 24 September lalu, sebut kantor berita Bloomberg.
Sementara itu, para ilmuwan di Australia telah menemukan bahwa virus corona dapat bertahan di permukaan benda padat pada hingga 28 hari.
Dalam penelitian yang hasilnya diterbitkan hari Senin di Virology Journal, para peneliti di badan sains nasional Australia CSIRO mendapati bahwa virus SARS-COV-2 “sangat kuat,” bertahan hidup di permukaan yang rata pada suhu 20 derajat Celsius, dibandingkan dengan virus flu yang bertahan selama 17 hari dalam kondisi yang sama. Para ilmuwan di CSIRO juga mendapati virus SARS-COV-2 tidak lagi menular setelah berada sekitar 24 jam pada suhu 40 derajat Celsius.
Para ilmuwan di CSIRO mendapati virus corona itu dapat bertahan di permukaan benda biasa seperti uang kertas, gelas dan baja. [uh/ab]