Inggris tetap bertahan dengan keputusan memboikot secara diplomatik turnamen Piala Dunia di Rusia setelah penyerangan dengan gas saraf terjadi lagi di Inggris barat daya, kantor berita AFP melaporkan.
Meski timnas Inggris berhasil melaju di turnamen tersebut dan akan berhadapan dengan Swedia pada laga Sabtu (7/7/2018), balkon tempat tamu-tamu VIP tak nampak kehadiran anggota keluarga kerajaan dan para menteri yang biasa terlihat.
Perdana Menteri Theresa May awal tahun ini mengumumkan pemboikotan terhadap Piala Dunia setelah menuding Rusia berada dibalik percobaan pembunuhan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan putrinya di Salisbury. Kremlin telah menyangkal tuduhan tersebut.
London menegaskan kembali sikapnya saat meminta penjelasan dari Rusia tentang bagaimana dua warga Inggris bisa terkena racun saraf yang sama, Novichok, yang dibuat di Soviet.
“Piala Dunia bukan masalah politik dan para pemimpin politik,” kata Menteri Keamanan Ben Wallace, Kamis (5/7/2018). Wallace merespon pertanyaan mengenai kemungkinan dampak insiden-insiden di Salisbury terhadap Piala Dunia.
Dia menambahkan tim Inggris “dijaga oleh banyak anggota masyarakat Rusia yang baik,” sedangkan para penggemar sepak bola Inggris “mendapat dukungan yang baik” di Rusia.
Di tengah serangkaian pengusiran diplomat antara Inggris dan sekutunya serta Rusia, Menteri Luar Negeri Boris Johnson sempat mengisyaratkan kemungkinan memboikot Piala Dunia oleh tim Inggris.
Namun, para pejabat mengklarifikasi bahwa boikot hanya berlaku untuk para pejabat dan tamu-tamu kehormatan yang menghadiri turnamen. Dan tidak berlaku untuk skuad Inggris yang sedang bertanding.
Beberapa negara, termasuk Islandia, Polandia, Swedia dan Denmark, mengatakan mereka akan mengikuti langkah Inggris untuk memboikot Piala Dunia, sesuai kebijakan masing-masing.
Para pemimpin Islandia tidak menghadiri turnamen sepak bola akbar tersebut setelah menunda semua pertemuan bilateral dengan Rusia.
Pejabat tinggi Swedia dan Denmark memboikot upacara pembukaan Piala Dunia pada 14 Juni, tapi para menterinya menghadiri beberapa laga.
Beberapa negara Eropa yang timnya masuk ke putaran final juga mengirimkan tamu-tamu kehormatan atau anggota kerajaan.
Raja Philippe dari Belgia membawa kedua putranya ke Rusia untuk menyaksikan laga tim Belgia melawan Tunisia. Sementara Raja Felipe dari Spanyol menyaksikan laga saat tim Spanyol dikalahkan tuan rumah Rusia.
Sedangkan Presiden Perancis Emmnuel Macron sudah berjanji akan terbang ke Rusia, bila Perancis masuk putaran semifinal. [ft]